Banyuwangi Batik Festival, Regenerasi Pembatik Lokal

Kamis, 27 Juli 2017


Banyuwangi – Industri Batik Banyuwangi terus mengalami perkembangan. Permintaan akan batik Banyuwangi terus meningkat seiring dengan kunjungan wisatawan yang semakin meningkat. Banyuwangi pun melakukan regenerasi untuk memunculkan para pembatik lewat lomba membuat motif dan mencanting batik. Akhir pekan ini, Banyuwangi menggelar Batik Festival, festival yang menunjukkan beragam kekayaan batik Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, batik festival ini digelar bukan hanya sebagai panggung hiburan saja, namun juga sebagai ajang pembelajaran bagi pembatik lokal untuk meningkatkan kualitasnya. "Banyuwangi Batik Festival (BBF) tidak sekedar panggung fashion saja, namun rangkaiannya ada beragam acara. Mulai dari lomba membuat motif, mencanting batik, hingga lomba busana batik bagi pembatik lokal. Ini sebagai upaya kami regenerasi pembatik dan memperkaya ragam batik kami," jelas Anas. Anas melanjutkan lomba kali ini sengaja menyasar pelajar SMA/SMK karena bertujuan juga untuk menjaring talent-talent pembatik muda, sehingga tercetak tenaga kerja profesional di bidang fashion batik. "Setelah banyak even yang kami gelar untuk mendorong tumbuhnya IKM (industri kecil menengah) batik, kini kami juga menyiapkan tenaga kerjanya. Sehingga tumbuhnya jumlah IKM batik juga diiringi dengan tersedianya tenaga kerja yang kompeten di bidangnya,” tutur Anas. Upaya regenerasi pembatik ini, dilakukan Banyuwangi tidak hanya melalui even-even tertentu. Di Banyuwangi kini ada SMK yang salah satu jurusannya adalah membatik. "Dengan adanya sekolah resmi yang fokus pada batik, diharapkan bisa melahirkan penggiat batik di Banyuwangi," kata Anas. Lomba mencanting batik ini diikuti 80 pelajar tingkat SMA/SMK se-Banyuwangi, yang digelar di Taman Blambangan, Kamis (27/7). Tidak hanya diikuti oleh pelajar putri, nampak belasan siswa juga terlihat asyik mencanting kain putih yang disediakan panitia. Seperti Handoko Putra, siswa kelas 2 SMAN 1 Giri ini terlihat lihai memainkan cantingnya. Meski laki-laki, dia tak kalah luwes menorehkan lilin di atas motif batik ‘Kopi Pecah’ yang menjadi tema Batik Festival tahun ini. “Hobi saya memang menggambar. Kalau biasanya hanya di atas kertas, saya penasaran pengen ngelukis di atas kain. Ternyata sensasinya memang beda,” ujar Handoko. Dia tertarik mengikuti lomba ini karena ingin membuktikan bahwa mencanting bukan pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan perempuan. Laki-laki juga bisa asalkan ada kemauan. “Gampang kok, asal telaten,” imbuhnya. Para pelajar ini terlihat berhati-hati menggoreskan canting, dan membentuk motif "Kopi Pecah" pada selembar kain putih. BBF tahun ini mengangkat motif Kopi Pecah, yang merupakan salah satu motif asli banyuwangi. Indah Nurjanah, peserta lainnya juga terlihat sangat menikmati lomba ini. Dia dengan lancar dan rapi menarik garis-garis dan pola di atas kainnya. “Sudah terbiasa, jadi mudah. Kebetulan saya memang mengambil jurusan mencanting di sekolah. Ini juga berguna bagi kami, saya bisa tahu bagaimana pembatik muda lainnya,” kata pelajar kelas 3 dari SMKN 2 Tegalsari itu. Indah memang terlihat lebih mahir dibanding teman lainnya. Disaat siswa lain masih membuat pola, beda dengan Indah yang langsung mencanting motif yang disediakan panitia. Tidak ada keraguan dalam setiap goresan yang ditorehkannya. “Sambil berimajinasi saja, yang penting ada motif Kopi Pecah-nya, lainnya kita kreasikan sendiri,” tegas pelajar yang juga bercita-cita menjadi pembatik ini. BBF akan digelar selama dua hari, 28 - 29 Juli 2017 mendatang di Taman Blambangan, Banyuwangi. Pelaku batik lokal akan berkolaborasi dengan desainer internasional dan nasional menampilkan beragam busana batik yang menarik. "Jumat 28 Juli akan digelar Fashion on Pedestrian pukul 15.00. Puncak acara digelar besoknya (Sabtu 29/7) akan dimeriahkan Putri Indonesia 2017 Bunga Jelita Ibrani dan penyanyi Isyana Sarasvati," jelas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banyuwangi Ketut Kencana. (*)


Berita Terkait

Bagikan Artikel :