Belajar Teknik Tangkap Lele dan Tanam Padi, Ratusan Anak Banyuwangi Bermandi Lumpur

Kamis, 27 Juli 2017


BANYUWANGI-‎ Belajar menanam padi dan cara menangkap lele, ratusan anak bermandi lumpur di Dusun Pertapan, Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Kamis (27/7). Berlarian, mereka berebut ikan lele yang disebar di tengah sawah. Tanpa rasa takut maupun jijik, mereka berlari bahkan ada yang terjatuh, sehingga lumpur membasahi seluruh tubuh mereka. Mereka tertawa ketika berhasil mendapat ikan. Ratusan lainnya memilih berlumur lumpur untuk menanam padi. Banyak yang tidak tahu bagaimana cara menanam padi. Ada yang satu ikat padi langsung ditanam, padahal seharusnya satu persatu. Ada pula yang menanam dengan berjalan maju, padahal seharusnya berjalan mundur. Ada pula anak lainnya ada yang bermain gendong-gendongan di sawah. Anak-anak ini turut larut dalam pagelaran Makarya Tani, yang digelar oleh warga desa setempat, yang tergabung dalam Sobujo atau Soko Bumi Jowo. "Acara ini unik dan patut diapresiasi. Diprakarsai oleh dan melibatkan seluruh warga desa. Bagaimana pertanian, bisnis, dan pariwisata bisa dipadukan di sini. Yang terpenting ada edukasi untuk anak-anak," kata Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widiatmoko. Acara ini difokuskan untuk mengangkat pamor petani. Menumbuh kembangkan kecintaan masyarakat dan generasi muda kepada pertanian. Terutama pertanian yang ramah lingkungan, seperti penanaman padi dan pepaya organik, pupuk organik yang tidak memakai obat-obatan. "Banyuwangi merupakan salah satu lumbung pertanian di Jawa Timur. Itu yang harus dipertahankan," kata Yusuf. Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Resfolidia, yang turut hadir di acara tersebut mengatakan baru pertama kali melihat acara seperti ini. Acara yang diletakkan di tengah sawah, dengan tata panggung yang dikemas dengan menggunakan jerami. Produk-produk pertanian juga menjadi konsumsi. "Yang paling membuat saya terharu, banyak anak-anak yang ikut terlibat. Selama ini saya di berbagai acara pertanian, ketemunya ya sama petani. Di sini semuanya terintegrasi dan layak dicontoh daerah lain," kata Resfolidia. Kegiatan ini merupakan kegiatan lintas generasi, mulai anak kecil hingga orang tua turut terlibat. "Ini upaya untuk memperkenalkan dunia pertanian pada anak-anak. Ini juga jadi bagian dari upaya mengangkat potensi desa. Di dalamnya ada tradisi yang berpegang pada kearifan lokal yang ingin dilestarikan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Banyuwangi, Arief Setiawan, . Menurut Arief, anak-anak dan pemuda harus diperkenalkan terhadap pertanian untuk regenerasi. Apalagi banyak produk-produk pertanian organik, yang menjadi unggulan Banyuwangi. Seperti beras organik Banyuwangi yang diminati pasar nasional dan mancanegara. "Saat ini kami sudah mengembangkan pertanian organik di 7 kecamatan di Banyuwangi. Yakni di Kecamatan Glenmore, Singojuruh, Songgon, Licin, Kalibaru, dan Rogojampi. Rata-rata sudah 40-50 hektar per kecamatan," pungkas Arief. (*)


Berita Terkait

Bagikan Artikel :