Bupati Banyuwangi Berbagi Inovasi Pengembangan Daerah di Forum CALD Filipina

Selasa, 24 Agustus 2021


BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani diundang memaparkan pengembangan daerah dalam menghadapi pandemi covid 19 bersama sejumlah tokoh pemerintahan Asia. Membawa sejumlah inovasi, Ipuk berbicara dalam forum Webinar Smart City International, yang digelar oleh Councils of Asian Liberals and Democrats (CALD) yang berbasis di Filipina, Selasa (24/8/2020).

 

Webinar tersebut diikuti oleh sejumlah narasumber di antaranya, Pejabat Eksekutif Senior Pemerintah Kota Taoyuan-Taiwan, Evan Chang. Turut bergabung koordinator proyek Regional Friedrich Naumann Foundation for Freedom, Vanessa Steinmentz; Sekretaris Jenderal CALD, Francis Blue Abaya.  

 

"Seminar CALD ini untuk membahas bagaimana kita dapat menata kembali smart cities serta peluang apa yang dapat ditawarkan dalam menghadapi pandemi. Praktek-praktek baik kita bahas bersama di forum tersebut, termasuk saya menjelaskan bagaimana Banyuwangi bergotong royong selama masa pandemi ini," kata Ipuk.

 

Sejumlah hal dibahas dalam webinar tersebut. Mulai bagaimana respons daerah menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi akibat covid-19, bagaimana teknologi mempermudah penanganan covid-19, hingga bagaimana peran pemerintah daerah melakukan perencanaan ulang daerahnya pasca pandemi Covid-19.

 

"Tentunya pemanfaatan teknologi-lah yang memungkinkan penanganan Covid-19 bisa dilakukan secara lebih baik. Kita terus bekerja ke arah tersebut," kata Ipuk.

 

Ipuk mengatakan, Banyuwangi telah mengoptimalkan sistem Smart Kampung. Banyuwangi memulai dengan layanan informasi pemerintahan dari pinggiran.

 

“Bagi Banyuwangi tantangan terbesar adalah konektivitas di wilayah pedesaan. Mengingat luas Banyuwangi yang mencapai 5.700 km2 serta kondisi geografisnya yang terdiri pegunungan, hutan, hingga pesisir pantai. Konektivitas ini sangat penting untuk mengatasai masalah karena dengan konektivitas akan membuat masyarakat desa mendapatkan layanan yang lebih baik,” kata Ipuk. 

 

Layanan Smart Kampung mencakup 7 dimensi, antara lain pendidikan dan seni budaya, pelayanan kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, penanggulangan kemiskinan, one stop service pelayanan publik, tata kelola keuangan desa dan informasi publik. 

 

Ipuk juga menjelaskan bahwa dirinya juga berupaya mendekatkan pelayanan publik ke warga desa. Salah satunya dengan program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa). Adalah program yang dilakukan Ipuk dan Wakil Bupati Sugirah untuk menjemput bola berbagai permasalahan warga. Desa-desa tersebut mayoritas berada di daerah terdepan Banyuwangi yang membutuhkan waktu tempuh cukup lama dari pusat kota. 

 

Urusan yang dituntaskan seperti kesehatan, pendidikan, administrasi kependudukan, sertifikat rakyat, jaminan sosial, pertanian, peternakan, perikanan, UMKM, kepemudaan, rumah tinggal, dan sebagainya.

 

Banyuwangi juga membuka pelaporan online bantuan sosial (bansos) bagi warga terdampak pandemi Covid-19 yang terintegrasi dengan sistem Smart Kampung. Sistem pelaporan ini digunakan untuk menampung warga yang belum terdaftar di skema jaring pengaman sosial, baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten. Selain itu, warga bisa mengecek para penerima bansos dari pusat, provinsi, maupun kabupaten.

 

"Dalam pelaporan bansos online tersebut ada dua fitur Pelaporan warga yang belum menerima bantuan dan  pengecekan penerima bansos. Basisnya adalah nomor induk kependudukan (NIK) yang kami silangkan dengan Smart Kampung yang telah mempunyai basis data lengkap semua penerima bantuan. Jadi tidak ada data ganda,” ujarnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :