Keboan Aliyan, Tradisi Agraris Desa di Banyuwangi Agar Panen Berlimpah
Minggu, 8 September 2019
Banyuwangi – Masyarakat Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi menggelar tradisi Keboan Aliyan, Minggu (8/9/2019). Ribuan orang memadati tradisi adat ini untuk menyaksikan ritual permohonan kelimpahan hasil bumi kepada Tuhan YME.
Keboan Aliyan ini dilaksanakan setiap bulan Suro-penanggalan Jawa. Sejumlah petani kerasukan roh gaib dan bertingkah layaknya kebo (kerbau). Mereka lalu berkeliling empat penjuru desa. Sesekali, belasan "kerbau" itu nyemplung di kubangan layaknya kerbau.
Warga desa sangat antusias menyambut tradisi ini. Mereka bergotong royong menyiapkannya. Mulai dari bahu membahu menyiapkan ragam kebutuhan untuk ritual, hingga membangun gapura dari janur yang digantungi hasil bumi di sepanjang jalan desa sebagai perlambang kesuburan dan kesejahteraan. Kenduri masal pin digelar sebagai tanda dimulainya ritual.
"Keboan ini adalah perayaan yang dinantikan warga, kami semua bergotong royong menyiapkannya. Warga desa yang tinggal di luar kota bahkan menyempatkan mudik untuk menghadiri acara ini. Jadi, lewat tradisi ini kami memperkuat ikatan silaturahim dengan seluruh warga desa," kata Kepala Desa Aliyan Anton Sujarwo.
Keboan ini dimulai sejak pagi, yang diawali dengan selamatan di empat penjuru desa (ider bumi). Bersamaan itu, sejumlah petani yang yang telah kerasukan siap menjalani ritual Keboan. Mereka lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, tradisi Keboan Aliyan merupakan salah satu kekayaan budaya asli warga lokal. Pemkab mengangkat tradisi ini sebagai bagian dari Banyuwangi Festival sebagai bentuk apresiasi pada warga yang terus menjaga warisan para leluhur.
“Banyuwangi boleh maju, tapi tradisi dan budaya yang ada di tengah masyarakat tidak akan kita tinggalkan. Tradisi ini tidak hanya sekedar ritual rutin tapi juga menggambarkan semangat guyub dan gotong royong warga,” kata Anas.
Anas mengungkapkan perkembangan pariwisata Banyuwangi tidak lepas dari beragamnya budaya lokal yang dikemas menjadi atraksi wisata.
"Tradisi-tradisi ini menjadi identitas dan ciri khas yang membedakan budaya Banyuwangi dengan daerah lainnya. Otensitas inilah yang terus kami dorong dan kembangkan menjadi atraksi daerah yang menarik wisatawan," pungkas Anas.
Sekedar diketahui, tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa. Selain keboan di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi kebo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. (*)