Kembangkan Ekowisata, Banyuwangi Raih Juara Narwasita Tantra dari Menteri Siti Nurbaya

Selasa, 15 Juni 2021


JAKARTA – Kabupaten Banyuwangi meraih penghargaan Nirwasita Tantra 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Penghargaan diberikan karena kepala daerahnya dinilai berhasil mengimplementasikan kebijakan pembangunan berkelanjutan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerahnya.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi, Mujiono di Jakarta, Selasa (15/6/2021). Mujiono mewakili Bupati Ipuk Fiestiandani lantaran sedang mengikuti Pembekalan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri yang digelar Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

“Alhamdulillah, kinerja Banyuwangi terus mencatat prestasi dan diapresiasi baik oleh pemerintah pusat. Penghargaan ini menjadi pelecut semangat kami untuk terus berinovasi dan berkinerja lebih baik lagi ke depan,” kata Ipuk.

Nirwasita Tantra merupakan penghargaan yang diberikan pemerintah pusat kepada kepala daerah yang berhasil merumuskan dan menerapkan kebijakan pembangunan berkelanjutan, untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerahnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah menjelaskan, Banyuwangi meraih peringkat I untuk kategori Kabupaten Besar. Penghargaan ini diraih berkat komitmen kepala daerah yang tinggi dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Salah satunya, konsisten mengembangkan pariwisata berbasis alam atau ekowisata.

“Pengembangan pariwisata di Banyuwangi tidak dilakukan dengan membangun gedung-gedung bertingkat, melainkan memunculkan destinasi yang bersinergi dengan alam. Misalnya ajang lari pegunungan dan hutan, bersepeda melintasi berbagai pesona alam, juga memberdayakan ekonomi warga untuk ikut dalam pengembangan destinasi,” kata Husnul.

Banyuwangi juga banyak menggelar event pariwisata berbasis alam, misalnya festival Geopark Run menyusuri taman nasional Alas Purwo dan Ijen Green Run yang melintasi kaki Gunung Ijen.

Festival untuk konservasi lingkungan pun digeber, seperti Festival Toilet Bersih, festival mentari (menjaga mata air), hingga lomba busana dari bahan daur ulang yang melibatkan ribuan pemangku kepentingan.

Banyuwangi pun memiliki Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO. Selain itu, pemerintah pusat juga telah resmi menobatkan Banyuwangi sebagai Geopark Nasional, dan saat ini tengah disiapkan menjadi bagian jaringan Geopark dunia atau UNESCO Global Geopark (UGG).

Husnul menambahkan, selain alasan tersebut, penghargaan ini diraih juga lantaran respons kepala daerah terhadap dampak perubahan iklim yang dinilai sudah baik. “Misalnya, pengendalian perusakan terumbu karang, pengelolaan persampahan, pengendalian kualitas air, serta penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan,” urai Husnul.

Banyuwangi sendiri telah mengisi Laporan Perubahan Iklim yang dinilai oleh lembaga independen dunia, Carbon Disclosure Project (CDP) yang berpusat di Inggris. Banyuwangi mendapatkan skor C, dinilai memiliki kesadaran perubahan iklim, memahami isu perubahan iklim dan dampak yang dihasilkan. Skor tersebut merupakan skor tertinggi di Indonesia, yang artinya Banyuwangi berada di posisi yang sama dengan kota lain di Asia Tenggara dan global dalam hal mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :