Saat Akademisi hingga Politisi Jatim Apresiasi Transformasi Kepemimpinan Banyuwangi

Jumat, 5 Februari 2021


Banyuwangi – Model kepemimpinan yang dijalankan Bupati Abdullah Azwar Anas selama dua periode memimpin Banyuwangi dipotret positif berbagai kalangan. Tak terkecuali dari para akademisi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga (Unair) dan politisi di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Direktur Sekolah Pasca Sarjana Unair Prof. Badri Munir Sukoco mengatakan, sebuah daerah bisa berkembang atau tidak sangat bergantung kepada pemimpinnya. Menurutnya, hanya pemimpin yang mampu mengorkestrasi bawahannya yang bakal mampu memberikan perubahan positif bagi daerah.

“Seperti Banyuwangi. Pemimpinnya mampu mengorkestrasi seluruh ekosistem yang ada untuk bergerak bersama memajukan daerah. Ini adalah contoh pemimpin transfomatif yang sangat menginspirasi,” kata Prof Badri  dalam acara Airlangga Forum Virtual yang digelar Sekolah Pasca Sarjana Unair.

Acara tersebut dihadiri Wakil Direktur Pasca Sarjana Unair Prof. Suparto Wijoyo, serta anggota DPRD Provinsi Jatim, Basuki Babussalam dan Ahmad Hadinudin. Acara ini juga diikuti segenap pendengar radio di Jatim.

“Semoga kiprah beliau ditiru para pemimpin daerah yang lain. Sehingga terinspirasi menjadi pemimpin yang transformatif dan bisa melakukan transformasi ekonomi di daerahnya, seperti yang dilakukan Banyuwangi,” imbuh Prof. Badri.

Pihaknya pun mengapresiasi Banyuwangi yang dinilai tepat memilih pariwisata sebagai lokomotif penggerak pembangunan daerah. Pariwisata terbukti mampu mendongkrak sosial perekonomian masyarakat Banyuwangi.

“Transformasi ekonomi membutuhkan industri strategis yang memiliki total linkage terbesar. Banyuwangi jeli memilih pariwisata sebagai industri strategis untuk merubah sosial ekonomi warganya. Hasilnya angka kemiskinan turun dari 20,09 persen (2010) menjadi 8,06 persen (2020),” ujarnya.

Apresiasi juga disampaikan Basuki Babussalam, anggota DPRD Provinsi Jatim. Menurutnya, dengan transformasi kepemimpinan Banyuwangi saat ini seluruh potensi daerah bisa tergali maksimal.

“Banyuwangi punya potensi besar, namun belum tergali optimal pada kepemimpinan sebelumnya. Dengan kreativitas dan inovasi pemimpin saat ini, akselerasi Banyuwangi begitu terlihat. Bagi kami ini sebuah keajaiban kepemimpinan. Pemimpin tidak hanya hadir tapi mampu merubah paradigma daerahnya,” kata Basuki.

Sebelumnya di hadapan mereka, Bupati Anas membeber strategi kepemimpinannya selama memimpin Banyuwangi. Salah satunya, terus berinovasi.

“Salah satu kunci sukses kepemimpinan adalah tak pernah puas berinovasi. Pemimpin harus kreatif melahirkan ide-ide baru untuk menembus segala keterbatas daerah,” kata Anas.

Anas mengaku, inovasi yang dikembangkan Banyuwangi sebenarnya berangkat dari keterbatasan yang ada. Misalnya, untuk efektivitas pelayanan publik hingga ke pelosok desa, Banyuwangi membuat program ”Smart Kampung” yang mendorong pelayanan desa berbasis teknologi informasi (TI). Saat ini, 189 desa di Banyuwangi telah teraliri serat optik (fiber optic).

“Program ini bisa melipat waktu dan jarak. Dengan Smart Kampung, secara bertahap administrasi cukup diselesaikan di desa. Saat pandemi Covid-19, Smart Kampung juga memudahkan pendataan penerima bansos. Sistem akan otomatis menolak data warga yang telah tercover skema bantuan, sehingga menghindari adanya tumpang tindih penerima,” terangnya.

Sama halnya di bidang pariwisata, khusus di masa adaptasi baru ini Banyuwangi menyusun skema protokol kesehatan dan menerapkannya secara ketat di sejumlah destinasi wisata.

“Kami melakukan sertifikasi protokol kesehatan Covid-19 untuk seluruh destinasi wisata, hotel, homestay, dan kafe serta restoran hingga warung-warung rakyat. Semua yang telah lulus uji protokol ketat yang dijalankan dan disupervisi para ahli Dinas Kesehatan diberi sertifikat dan disajikan di aplikasi Banyuwangi Tourism,” kata Anas.

“Sertifikasi serupa juga kami lakukan kepada para pemandu wisata. Hal ini untuk menjamin kenyamanan dan keamanan bersama,” imbuh Anas.

Selanjutnya, pemimpin harus bisa menyamakan frekuensi dengan para stafnya. Kebijakan pimpinan harus detail sehingga bisa dieksekusi dengan tepat hingga di tingkat bawah.

”Ini kami siasati dengan selalu berkomunikasi dengan para birokrat. Saya rutin menggelar rapat secara langsung maupun virtual. Sehingga ide-ide yang muncul bisa segera dieksekusi,” pungkasnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :