20 Negara Ikuti Kompetisi Kiteboarding di Pulau Tabuhan Banyuwangi
Sabtu, 22 Agustus 2015
20 Negara Ikuti Kompetisi Kiteboarding di Pulau Tabuhan Banyuwangi
BANYUWANGI – Sebanyak 52 peselancar layang (kiteboarder) dari 20 negara unjuk kemampuan dalam ajang Tabuhan Island Pro Kiteboarding di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu-Minggu (22-23/8/2015), dengan dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Di antaranya dari Belanda, Jerman, Austria, Prancis, Swedia, Finlandia, Rusia, Lithuania, Inggris, Brazil, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, Australia, dan China.
Ajang bergengsi ini melombakan kategori racing (maraton), freestyle, back air, dan high speed dengan total hadiah Rp100 juta yang disediakan Pemkab Banyuwangi dan sejumlah perusahaan besar di industri selancar seperti Rip Curl, Rip Curl School of Surf, Airush, Huna Boards, Freedom Kiteboarding Magazine, dan Beach Hut and Surftime. Event ini juga didukung distributor peralatan kiteboarding (selancar layang) dan windsurfing (selancar angin) terbesar di dunia, yaitu Best Kiteboarding.
Race Director Tabuhan Island Pro Kiteboarding, Jeroen van Der Kooij, mengatakan, Pulau Tabuhan benar-benar menjadi surga baru bagi para kiteboarder. Puluhan atlet profesional asing sangat menikmati kompetisi tersebut.
"Pulaunya bersih, berpasir putih, lautnya biru, dan anginya sangat sesuai, yaitu di atas 20 knot, dan itu tidak dimiliki Bali yang anginnya hampir tidak pernah di atas 15 knot. Ini paling disukai para peselancar. Sayang masih belum begitu dikenal, tapi ini secara bertahap pasti akan semakin dikenal karena promosi Banyuwangi cukup gencar, termasuk dengan event ini," ujar pria asli Belanda tersebut.
Dia optimistis Pulau Tabuhan bakal menjadi lokasi idola bagi pencinta kiteboarding. "Pulau Tabuhan ini spesial. Saya sudah datangi banyak tempat berselancar, dan tidak ada yang anginnya sekonstan di Pulau Tabuhan. Kecepatan angin di Bali terlalu rendah, sehingga peselancar layang membutuhkan layang-layang paralayang yang lebih besar. Angin di Bali juga tidak konstan, sehingga para peselancar layang dan angin lebih banyak menunggu. Hanya saja Bali lebih terkenal duluan, sehingga banyak yang pergi ke sana berselancar. Pulau Tabuhan saya yakin bisa mengambil pasar peselancar layang yang selama ini bepergian ke Bali," ujarnya.
Peselancar dari Australia, Joshua Stephens, menambahkan, Pulau Tabuhan adalah lokasi yang tepat untuk para peselancar layang profesional. “Kombinasi karakteristik angin yang sesuai dan pulau yang indah membuat kompetisi ini sangat berkesan," ujarnya.
“Kami sangat antusias untuk mengikuti kompetisi ini. Beberapa waktu lalu saya mengikuti event serupa di Australia, namun anginnya tidak sebagus seperti di Pulau Tabuhan. Pulaunya pun masih alami dan natural, ombaknya tidak terlalu besar sehingga cocok sekali untuk selancar layang. Saya ingin lebih tinggal lebih lama di sini,” kata Patrick Nigel, peselancar dari Jerman.
Pulau Tabuhan sendiri adalah sebuah pulau tak berpenghuni seluas 5 hektare dengan pantai putih bersih dan air laut jernih yang bisa ditempuh tak lebih dari 45 menit dari pusat kota Banyuwangi. Untuk bisa menuju ke Pulau Tabuhan, dari pusat kota Banyuwangi dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menuju ke Pantai Bangsring, salah satu titik pemberangkatan ke Tabuhan. Dari Pantai Bangsring, wisatawan bisa menuju Pulau Tabuhan dengan waktu tempuh tak sampai 25 menit menggunakan kapal wisata yang dioperasikan oleh kelompok warga lokal.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, event ini merupakan sebuah ikhtiar pemerintah daerah dalam mempromosikan Pulau Tabuhan sebagai destinasi wisata baru. "Tidak hanya sekadar menjadi event promosi wisata, namun event ini sebagai salah satu cara menjadikan Pulau Tabuhan menjadi tujuan utama surfpoint bagi komunitas selancar internasional,” ujar Anas.
Dengan menjadi destinasi selancar layang dunia, perekonomian di sekitar lokasi diharapkan bisa terdongkrak. Apalagi, kata Anas, pasar selancar layang kini terus tumbuh pesat. Olahraga air ini kini digemari banyak kalangan menengah ke atas. Berdasarkan data International Kiteboarding Association, terdapat lebih dari 1,5 juta pemain kiteboarding (kitesurfing) di seluruh dunia. Perkiraan nilai pasar industri kiteboarding mencapai USD 321 juta atau Rp4,33 triliun, meliputi nilai penjualan perlengkapan, penyelenggaraan event, dan sebagainya.
”Pulau Tabuhan semakin dikenal, termasuk banyak sekali wisatawan domestik yang berkunjung. Apalagi di sekitarnya sudah banyak fasilitas penunjang seperti resor, rumah apung dengan penangkaran hiu, snorkeling, dan wisata air. Itu semua kami harapkan bisa menggerakkan ekonomi masyarakat,” kata Anas.
Untuk diketahui, kiteboarding adalah olahraga air yang mengombinasikan selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam menjadi satu jenis olahraga. Para atlet di papan selancar dihubungkan dengan layang-layang paralayang. Para peselancar layang memanfaatkan angin untuk menaklukkan air dan melayang-layang di udara, lalu melandai kembali berselancar di atas air dengan gerakan-gerakan yang akrobatik. (Humas Protokol)