Banyuwangi - Bali Kembangkan Klaster Ekowisata

Minggu, 4 November 2018


Banyuwangi – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) serius mengembangkan destinasi pariwisata berkelanjutan. Salah satunya, dengan mengembangkan destinasi ekowisata/wisata alam terpadu klaster Jawa Timur dan Bali. Hal itu dikemukakan Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Klasterisasi Destinasi Ekowisata Jawa Timur – Bali di Banyuwangi. Dikatakan Reyaan, langkah ini penting dilakukan untuk pengembangan pariwisata Indonesia. Pasalnya, kecenderungan wisatawan dunia telah bergeser ke arah ekowisata. "Konsep wisata back to nature merupakan tren terkini yang menjadi incaran wisatawan dunia. Oleh sebab itu, pengembangan klaster menjadi keputusan yang sangat ideal. Klaster ini diharapkan dapat bersinergi dengan baik sehingga target kunjungan wisman dari sektor ekowisata dapat memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap devisa negara sehingga semakin mensejahterakan masyarakat,” kata Alexander. Dia menambahkan, dipilihnya Jatim dan Bali sebagai lokasi pengembangan bukan tanpa alasan. Secara geografis, dua daerah ini letaknya berdekatan sehingga memiliki konektivitas dan keterkaitan yang cukup baik. Selain itu, imbuhnya, Jatim-Bali juga memiliki destinasi ekowisata yang cukup menarik dan beragam. Di Jatim misalnya, terdapat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Taman Nasional Baluran (TNB) serta Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWA Kawah Ijen). Sementara Bali, khususnya Kabupaten Jembrana, memiliki Taman Nasional Bali Barat (TNBB). "Potensi-potensi ekowisata ini akan berkembang lebih cepat jika ada kerjasama yang baik antar daerah (Jatim-Bali). Dengan kolaborasi, akan tercipta pengelolaan ekowisata yang harmonis. Destinasi satu dengan lainnya akan saling mendukung dan menguatkan, bukan saling menjatuhkan,” tegas Alexander. Alexander menambahkan, program klasterisasi ini semakin meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia. Karena ekowisata merupakan bagian dari pariwisata berkelanjutan dan bisa meningkatkan daya saing pariwisata. Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), World Economic Forum (WEF), tahun 2017 daya saing pariwisata Indonesia naik ke peringkat 42 dari peringkat 50 ditahun 2015. "Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Selain itu, Kemenpar juga mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, sehingga acuannya pun jelas," terang Alex. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik ide tersebut. Anas yang sempat memaparkan strategi pengembangan pariwisata Banyuwangi pun, sepakat dengan konsep kolaborasi yang dirancang oleh Kemenpar. “Sekarang bukan jamannya lagi berkompetisi. Agar semakin maju, daerah harus saling berkolaborasi. Inilah yang telah kami lakukan di Banyuwangi termasuk di sektor pariwisata. Kami sudah sepakat kerja sama kapal cepat dengan Kabupaten Buleleng Bali. Kami juga sedang merancang untuk menggelar event ‘Selat Bali’ bersama dengan Kabupaten Jembrana Bali pada 2019 nanti. Bahkan, ini sudah kami anggarkan tinggal menunggu kepastian dari pihak Jembrana,” kata Bupati Anas. Untuk mendorong pengembangan ecotourism sendiri, kata Anas, sejak beberapa tahun lalu Banyuwangi telah menggelar beragam event pariwisata yang berbasis alam. Seperti International Tour de Banyuwangi Ijen, Ijen Green Run, dan masih banyak lainnya. “Kami juga mengeluarkan peraturan desa (perdes) yang mengatur ketentuan pembangunan di suatu kawasan yang memiliki alam yang indah. Ini semua kami lakukan semata-mata agar ekoturisme di Banyuwangi tetap terjaga,” imbuhnya. (*)


Berita Terkait

Bagikan Artikel :