Banyuwangi Launching Gerakan Jumat Minum Jamu

Jumat, 28 Agustus 2015


BANYUWANGI – Halaman Pemkab Banyuwangi, Jumat pagi (28/8) dipenuhi ratusan karyawan-karyawati pemkab. Tak sekedar untuk berolahraga seperti rutinitas yang biasa dilakukan setiap Jumat pagi, tapi juga karena hari ini di-launching Gerakan Jumat Minum Jamu.

Usai senam pagi  yang menguras keringat, seluruh stand jamu yang tersedia  langsung diserbu para peserta senam. Mereka menyerbu beragam jenis jamu yang disediakan, mulai dari sinom, temulawak, beras kencur, kunyit asam, pace, kunci suruh hingga jamu dari daun kelor. Dalam sekejap, jamu-jamu tersebut tandas tak tersisa.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Hary Cahyo Purnomo mengatakan acara  ini digagas untuk menciptakan Banyuwangi sehat. “Kami melaunching kegiatan ini di Kantor Pemkab Banyuwangi untuk mengawali kegiatan yang kemudian akan dilakukan secara berkelanjutan setiap Jumat pagi. Nantinya masing-masing SKPD diharapkan memberlakukan kegiatan ini di instansinya masing-masing,” terang Hary.

Di balik itu, tambah Hary, kegiatan ini dimaksudkan untuk back to nature atau kembali ke alam. Biasanya selama ini masyarakat yang sakit mengalami ketergantungan pada obat-obatan kimia, yang jika digunakan dalam waktu lama akan merusak fungsi ginjalnya. “Kami berharap, herbal bisa menjadi solusi bagi mereka,” harapnya.

Hary menjelaskan, potensi alam Banyuwangi untuk raw material (bahan baku) jamu cukup tersedia, di samping juga pedagang jamunya juga berkembang cukup banyak. “Ini harus kita lestarikan. Bahkan harus ada kolaborasi antara petani penanam tanaman obat keluarga (toga) dengan pedagang jamu gendongan dan perusahaan-perusahaan jamu kemasan. Dengan begitu, ini tak hanya berdampak baik bagi kesehatan, tapi juga bagi perekonomian masyarakat Banyuwangi,”tandasnya.

Senada dengan Hary, Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan & Pemberdayaan Masyarakat (PLPM)  dan SDM Kesehatan dari Dinas Kesehatan Banyuwangi , dr. Kurnianto mengatakan, pihaknya sangat mendukung kegiatan ini. Menurutnya, jamu itu berfungsi untuk menjaga kesehatan jika diminum secara rutin, berasal dari bahan alam, dan tidak ada bahan kimianya. Karena itu Dinkes mengawal beberapa puskesmas di Banyuwangi untuk membina para bakul jamu gendongan agar mereka sadar menjaga kualitas jamunya.

“Kami  mengawal puskesmas-puskesmas yang ada di Banyuwangi untuk membina para penjual jamu gendongan. Diantaranya Puskesmas Kertosari, Sobo, Mojopanggung dan Singotrunan. Para penjual jamu tersebut  diajari bagaimana mengolah jamu dengan benar, sehingga manfaatnya baik untuk kesehatan,” ujar Kurnianto. Kurnianto  bahkan berharap, mengingat manfaat jamu yang begitu besar,  jamu gendong bisa menjadi welcome drink dalam setiap acara yang digelar di Banyuwangi.

Sejumlah bakul jamu dilibatkan dalam acara ini. Ada mbok-mbok yang membawa gendongan, ada yang menjual dengan bersepeda, dan ada pula penjual jamu kemasan. Penjual jamu gendong khusus dibina oleh Dinkes, sedangkan penjual kemasan berada di bawah binaaan Disperindagtam. Total jumlah penjual jamu yang hari ini turut berpartisipasi  mencapai 98 orang.

Uniknya ada salah satu jamu yang memang baru satu-satunya dikembangkan di Banyuwangi, yakni jamu dari daun kelor. Daun kelor yang selama ini dikenal sebagai peluntur ilmu hitam, ternyata sangat tinggi manfaatnya. Jamu daun kelor ini dikembangkan oleh Suwondo, pengusaha jamu rumahan asal Glenmore. Produk jamunya khusus ia beri nama ‘Kristal Daun Maronggi’.

Suwondo mengatakan, dirinya tak serta merta menemukan produk ini. Awalnya dia dipanggil oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur bersama 40 pengusaha jamu lainnya. Mereka diminta untuk mengembangkan jamu dari daun kelor yang berdasarkan penelitian Universitas Jember (UNEJ) tinggi khasiat dan berguna untuk mengobati berbagai penyakit. Seperti liver, encok, reumatik, bronkhitis, kolesterol, dan kanker. Bahkan bisa menghaluskan kulit, memenuhi gizi anak dan ibu hamil, serta menunjang pertumbuhan anak-anak, dewasa hingga lansia.

Dari ke-40 penjual jamu tersebut, hanya dirinya yang berhasil menciptakan jamu berbahan dasar daun kelor. Melalui treatment khusus, yakni usai dipetik daun kelor basah diekstrak kemudian disangrai. Cara mengkonsumsinya cukup dengan diseduh saja. Agar jamu yang ia ciptakan tepat sasaran mengobati penyakit, Suwondo juga membuka konsultasi bagi para konsumennya. (Humas & Protokol)

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :