Bersiap Jadi Geopark Global, Asesor UNESCO Kunjungi Banyuwangi

Senin, 31 Desember 2018


BANYUWANGI - Tiga destinasi di Banyuwangi, yaitu Gunung Ijen, Pantai Pulau Merah, dan Taman Nasional Alas Purwo baru saja ditetapkan sebagai kawasan Geopark (geological park) alias Taman Bumi Nasional. Saat ini ketiga destinasi alam tersebut tengah bersiap untuk bisa lolos menjadi bagian dari Global Geopark Network (GGN) UNESCO, badan PBB yang menangani pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

Asesor GGN UNESCO Guy Martini datang ke Banyuwangi untuk meninjau kesiapan Banyuwangi menjadi situs geological park dunia selama tiga hari, Sabtu-Senin (29-31/12). Selama di kabupaten ujung timur Jawa ini, Martini melakukan kunjungan ke Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, dan Desa Adat Kemiren.

Martini mengatakan, Geopark tidak hanya sekedar bicara alam semata, tetapi seluruh aspek di dalamnya, seperti hayati dan kebudayaan. Banyuwangi sendiri memiliki kekayaan warisan geologi yang luar biasa dan lengkap. Mulai Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, jejeran taman nasional, hingga Suku Osing yang memiliki akar budaya yang kuat.

"Pulau Merah punya panorama yang indah, kami sempat berbicara dengan penduduk lokal yang terlibat sebagai relawan ataupun lifeguard, saya terkesan karena mereka terlibat memberikan edukasi keselamatan kepada anak-anak sekolah dan pengunjung, juga mau mengajari selancar," ujarnya.

Martini juga sangat terkesan dengan Gunung Ijen serta Taman Gandrung Terakota dengan visualisasi ratusan penari Gandrung di kaki Gunung Ijen. 

Bagi dia, Gunung Ijen sangat menawan dari sisi geologi, lingkungan alam, dan kehidupan warga lokalnya.

“Saya melihat kisah fantastik tentang gunung berapi, juga hutan yang indah dan mengagumkan di sepanjang perjalanan menuju Ijen," ujar Martini.

"Kesimpulan saya, Banyuwangi sangat potensial dan lengkap baik gelogical-nya, lingkungan alamnya, intangible heritage cultural (warisan budaya tak benda) hingga keanekaragaman hayatinya. Saya kira Banyuwangi punya semua elemen potensial untuk menjadi bagian dari Global Geopark Network,” ujarnya.

Martini menjelaskan, dengan berupaya menjadi bagian Geopark dunia sebenarnya Banyuwangi tengah menyiapkan rumah masa depan yang mampu memberi dampak positif bagi warga.

“Sehingga bukan hanya memelihara kekayaan alam, namun juga bermanfaat bagi masyarakat setempat, mampu membangun konsep perekonomian dan pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan kearifan budaya lokal,” terangnya.

Dengan menjadi jaringan geopark dunia, Banyuwangi nantinya tidak akan terjebak dalam arus mass tourism sebagaimana terjadi di banyak tempat lainnya di dunia.

“Pengelolaan di dalamnya menggunakan sistem kerja sama melibatkan masyarakat setempat. Begitu juga keberadaan rumah makan, homestay, dan pemandu wisata berbasis geopark. Mempromosikan produk lokal, mengedepankan budaya lokal sehingga masyarakat ikut merasa memiliki bangga dan ikut menjaganya,” urainya.

Tahap selanjutnya, untuk bisa menjadi GGN UNESCO, kata Martini, Banyuwangi harus bisa membangun ekosistem yang mendukung. 

“Kekayaan alam Banyuwangi memang sangat spesial tapi untuk menjadi geopark semuanya harus disiapkan. Dan saya lihat tim yang bekerja untuk persiapan hal ini  di Banyuwangi berjalan dengan sangat baik, semuanya kompak dan saling mendukung baik kabupaten, pihak taman nasional, juga pihak swasta. Ini menjadi salah satu modal kunci suksesnya,” kata Martini.

Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap, kehadiran Asesor GGN UNESCO dapat memberikan masukan sekaligus motivasi untuk bisa meningkatkan kualitas pengelolaan destinasi Banyuwangi  agar menjadi bagian taman bumi warisan dunia.

“Dengan menjadi bagian geopak dunia, kami berharap konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan bisa terus terjaga sekaligus menyejahterakan masyarakat,” harap Anas. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :