Besok, Banyuwangi akan Diramaikan Aneka Seni Budaya dalam Festival Kuwung
Jumat, 6 Desember 2019
BANYUWANGI – Festival budaya akan digelar di Banyuwangi, Sabtu malam (7/12/2019). Lewat Festival Kuwung, dihadirkan beragam budaya khas Banyuwangi dan budaya kabupaten sahabat, seperti Kabupaten Kediri, Kota Probolinggo, Kabupaten Jembrana-Bali, dan Provinsi Kalimantan Timur.
Festival Kuwung adalah salah satu event festival tertua di Banyuwangi. Festival ini digelar untuk menampilkan beragam budaya Banyuwangi dalam sebuah parade seni budaya. Sesuai namanya Kuwung, yang arting artinya pelangi dalam bahasa setempat.
“Festival Kuwung adalah etalase kebudayaan dan seni asli Banyuwangi. Festival ini dihadirkan untuk menjadi panggung eksistensi seni dan budaya asli Banyuwangi yang beragam untuk tetap lestari,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
“Festival ini akan digelar malam hari. Sebagaimana maknanya pelangi, festival ini akan menjadikan suasana malam di Banyuwangi bagaikan bertabur warna. Kostum beraneka warna yang dikenakan, berbagai alat musik tradisional Banyuwangi yang digunakan hingga lampu hias warna-warni yang semakin menyemarakkan parade tersebut,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, MY Bramuda, tahun ini festival Kuwung tahun ini mengangkat tema Gumelare Bumi Blambangan atau hamparan Bumi Blambangan. Segala potensi seni dan budaya yang ada di Banyuwangi ditampilkan dalam bentuk tarian dan fragmen.
Parade seni ini akan dibagi dalam dua kelompok besar. Masing-masing tim menggelar sub-sub tema yang menggambarkan potensi wilayahnya. Kelompok pertama membawakan legenda Gontang Gelintang, yakni tentang asal-usul Desa Gintangan.
“Ini terkait kisah dibukanya lahan hutan untuk pemukiman penduduk. Namun dalam perjalanannya, timbul konflik antara manusia dan mahkhluk astral penunggu hutan tersebut, yang diakhiri dengan persetujuan bahwa jin mau menyingkir asalkan manusia mengganti pohon-pohon yang ditebang dengan menanam pohon Gontang di tepi-tepi sungai, yang kini dikenal dengan Gintangan,” tutur Bramuda.
Kelompok kedua, akan tampil dengan menampilkan sejarah Berengos Perada Bara di Rajeg Wesi. Lalu kelompok berikutnya mengangkat tradisi "Mongso Ketigo", yang diikuti kelompok mengangkat kisah Tutur Ki Wongsokaryo menyusul.
“Sebagai penutup, pertunjukan agrowisata "Semriwing Kembang Kopi" yang diinspirasi dengan melimpahnya kekayaan kopi Banyuwangi,” kata Bramuda.
Parade ini akan diawali dari depan Kantor Pemkab Banyuwangi hingga finish di Taman Blambangan Banyuwangi.
“Kabupaten lain juga menampilkan seni budaya khasnya masing-masing. Wisatawan akan dimanjakan dengan puluhan tontonan ragam seni budaya,” pungkas Bramuda. (*)