Desain Khas Rumah Adat Osing Juarai Sayembara Gedung Geopark Banyuwangi

Minggu, 14 Juli 2019


Banyuwangi - Sayembara desain arsitektur untuk gedung Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasional Banyuwangi telah diumumkan pemenangnya, Sabtu (13/7). Karya berjudul "Umyah Puthuk" ditetapkan sebagai juaranya. Umyah Puthuk sendiri merupakan desain arsitek Lucky Fachrurrozi dan Arza T.O. Waas dari Jakarta. Konsep yang diangkat terinspirasi dengan nilai lokal. Mulai rumah adat Suku Osing, udeng Banyuwangi dan Kentongan. "Ini untuk memperkuat nilai sejarah dan budaya sembari memberikan karakteristik lokal ke dalam desain arsitektural," ungkap Lucky. Umyah Puthuk semakin menonjol dengan konsepnya yang ramah lingkungan. Pembangunannya sangat meminimalisir intervensi terhadap alam. Pepohonan dan bebatuan yang eksisting dipertahankan. "Selain itu, bangunannya menggunakan sistem pilotis. Bangunannya tidak menapak ke tanah sehingga masih bisa menyerap air maupun lalu lalang biota lainnya. Jadi, bangunannya lebih menyatu dengan alam," terang Lucky. Desain Umyah Puthuk sendiri, berhasil lolos seleksi dari 65 karya yang masuk ke panitia. Kemudian masuk ke grand final bersama dua karya lainnya. Yakni karya yang berjudul "Amperan Banyuwangi" dan "Organic Geometric Geopark". Sejumlah arsitek Nasional terlibat dalam penjurian. Seperti halnya Eko Prawoto, Tan Tik Lam, hingga Hari Sunarko. Selain itu, penjurian juga melibatkan Samsudin Adlawi sebagai representasi budayawan Banyuwangi dan Mujiono dari Pemda Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sendiri tak menyangka jika kompetisi tersebut, menarik banyak perhatian para arsitek muda Nasional. "Ini menjadi kabar baik bagi Banyuwangi. Sedikit demi sedikit mulai dikenal oleh komunitas arsitek," ujar Anas. Pusat Informasi Pariwisata Geopark Nasjonal Banyuwangi ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat informasi tentang keberagaman geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya di sekitar situs-situs GNB. Banyuwangi sendiri telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional, yang saat ini dalam proses pengajuan masuk jaringan geopark dunia (Global Geopark Network UNESCO). Lokasi pusat informasi geopark itu berada di tengah areal persawahan Desa Kenjo Kecamatan Glagah seluas 8.200 meter persegi. Kenjo merupakan salah satu desa di Banyuwangi yang berada tak jauh dari kaki Gunung Ijen. Warga desa tersebut dikenal sebagai Suku Osing, masyarakat lokal Banyuwangi. Salah seorang juri yang juga arsitek kondang, Tan Tik Lam memuji Banyuwangi yang menggelar sayembara desain bangunan publik. Menurutnya, ini akan membawa kebaikan bagi daerah. "Apa yang dilakukan pemkab ini sangat positif, bangunannya pasti akan lebih adaptif terhadap masyarakat. Karena arsitek dalam membuat bangunan selalu memperhitungkan lingkungan, fungsi bangunan, publiknya dan juga pemakainya. Ini membw nilai positif untuk kawasannya," kata Tan Tik Lam. "Saya harap, karya pemenang ini, bangunannya bisa segera diwujudkan, dan dibangun dengan sebaik-baiknya. Dan semoga menjadj fungsi yang dapat dimanfaatkan masyarakat," kata Tan Tik Lam. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :