Digelar di Banyuwangi, Liga Selancar Bergengsi Dunia Bakal Geliatkan Ekonomi Masyarakat

Selasa, 5 November 2019


BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi telah dipilih menjadi tuan rumah seri ke-3 World Surf League (WSL) Championship Tour 2020, ajang selancar paling bergengsi di dunia. Sebanyak 54 peselancar terbaik dunia akan mengikuti ajang yang bakal digelar di Pantai Plengkung (G-Land), Banyuwangi, 4-14 Juni 2020, tersebut.

 

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa (5/11/2019), mengatakan, ajang tersebut akan menjadi momentum untuk semakin mengungkit perekonomian daerah sekaligus sarana promosi gratis bagi pariwisata lokal. Para penggemar selancar dunia akan ke Banyuwangi, di samping liputan televisi luar negeri yang pada setiap ajang WSL Championship Tour menjangkau 643 juta penonton di seluruh dunia.

 

”Kami akan laporkan ini ke Gubernur Jatim dan kementerian terkait. Jadi nanti kolaborasi sambut WSL Championship Tour sebagai ajang perkuat pariwisata Banyuwangi, Jatim, dan Indonesia,” ujar Anas yang juga ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).

 

Pada pekan lalu, Manajer WSL Asia Steven Robertson Steven Robertson telah berkunjung ke Banyuwangi untuk menyampaikan keterpilihan Banyuwangi sebagai lokasi WSL Championship Tour 2020. WSL sendiri adalah badan pengelola ajang selancar dunia. Turut hadir dalam pertemuan itu Tim Hain dari WSL Indonesia dan Tipi Jabrik, Sekretaris Jenderal Persatuan Selancar Ombak Indonesia.

 

WSL Championship Tour adalah liga selancar paling bergengsi dunia. Tur ini berisi 11 ajang selancar yang digelar April-Desember setiap tahunnya di berbagai pantai di dunia. Tahun ini, WSL Championship Tour digelar antara lain di Australia, AS, Brazil, Hawaii, Tahiti, Afrika Selatan, Portugal, hingga Prancis.

 

”Saat pertemuan di Amerika Serikat, kami memilih G-Land sebagai satu dari 11 seri yang akan kami gelar 2020. Kami siapkan dana USD 2,5 juta (sekitar Rp35 miliar). Saya pikir, Banyuwangi adalah daerah yang tepat karena pemerintahnya sudah terbiasa menggelar event sport tourism,” kata Manajer WSL Asia, Steven Robertson saat pertemuan dengan Pemkab Banyuwangi.

 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, MY Bramuda, mengatakan, penyelenggaraan surf tourism (pariwisata yang dikembangkan lewat olahraga selancar) berdampak positif ke ekonomi masyarakat.

 

Mengutip data WSL, saat WSL Championship Tour digelar di Fiji, perputaran uangnya mencapai USD 4,27 juta selama jelang hingga saat event berlangsung. Adapun ketika rangkaian WSL di beberapa pantai di Australia, perputaran uangnya jauh lebih besar lagi, yaitu mencapai USD 20 juta.

 

”Event ini mampu menggerakkan ekonomi daerah. Sektor-sektor pariwisata bergeliat, mulai penerbangan, hotel, restoran, akomodasi. Event ini juga mempekerjakan ratusan warga lokal. Dampak ekonominya besar,” kata Bramuda.

 

"Ini sangat memungkinkan, karena saat berlangsungnya kejuaraan biasanya para peselancar dan penggemar selancar akan tinggal selama dua minggu di kawasan tersebut," imbuh Bramuda.

 

WSL juga sangat efektif menarik wisatawan mancanegara. "87 persen penggemar WSL berpendapatan di atas rata-rata, dan lebih dari separuhnya melakuan perjalan wisata ke negara lain setiap tahunnya. Maka tak heran jika kompetisi ini mampu mendatangkan wisatawan pasca event. Seperti yang dialami Peniche, Portugal, usai menggelar WSL, wisata selancarnya meningkat 20 persen," jelas Bramuda. (*)

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :