Diluncurkan Menteri Pariwisata, 77 Agenda Wisata Semarakkan Banyuwangi Festival 2018
Kamis, 1 Februari 2018
BANYUWANGI – Memasuki tahun 2018, Kabupaten Banyuwangi kembali merilis sederet agenda wisata yang dikemas dalam Banyuwangi Festival. Tahun ini akan ada 77 event wisata atraktif yang akan mengeksplorasi seni budaya, keindahan alam, olahraga hingga beragam potensi daerah yang pastinya akan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan.
Menandai dimulainya pelaksanaan Banyuwangi Festival, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meluncurkan agenda wisata tersebut di Kantor Kementrian Pariwisata, Kamis (1/2).
Menpar memberikan apresiasi kepada Banyuwanhi yang aktif mengemas even pariwisata dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisata.
"Branding Banyuwangi sebagai the city of festival harus memiliki even yang berkualitas sepanjang tahun. Banyuwangi Festival akan mendorong wisatawan berkunjung ke Banyuwangi karena setiap minggu dapat menyaksikan karnaval dan festival," jelas Arief.
Dalam kesempatan itu, Menpar juga telah menetapkan Banyuwangi sebagai kota dengan penyelenggara festival terbaik di Indonesia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan, Banyuwangi Festival yang telah digelar rutin sejak 2012 bisa menjadi panduan bagi wisatawan yang ingin menikmati beragam potensi wisata Banyuwangi.
”Banyuwangi Festival kami yakini sebagai cara ampuh untuk meningkatkan awareness orang pada Banyuwangi. Dan sudah terbukti, banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara menikmati aneka atraksi wisata di Banyuwangi Festival,” kata Anas saat dihubungi, Kamis.
Banyuwangi Festival tahun ini lebih istimewa dengan berbagai atraksi wisata baru berbasis potensi dan kearifan lokal. Atraksi primadona wisatawan juga bakal dikemas lebih menarik, seperti Festival Banyuwangi Kuliner dan Art Week (12-15 April), Jazz Pantai Banyuwangi, (12-13 Mei), Banyuwangi Ethno Carnival (29 Juli), Ijen Summer Jazz (22 September), dan Festival Gandrung Sewu (20 Oktober).
Sejumlah atraksi baru dihadirkan, seperti Festival Tahu-Tempe (9-13 Februari) untuk memperkenalkan kampung pembuatan tahu dan tempe di Banyuwangi dan Festival Imlek yang akan menampilkan tradisi khas warga Tionghoa (17 Maret). Selain itu, ada Festival Karya Tari (31 Maret), Fishing Festival (7 April), Festival Cokelat (12 Mei), Festival Kuntulan (3-6 Oktober).
”Atraksi-atraksi baru kami harapkan semakin memperkaya dan memperkuat posisi Banyuwangi dalam peta persaingan pariwisata. Seperti Fishing Festival, akan kami padukan dengan paket-paket wisata memancing yang kini sedang tumbuh trennya. Juga Festival Cokelat untuk mengangkat kakao kami yang sudah rutin diekspor ke berbagai negara,” kata Anas.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda menambahkan, pendekatan sport tourism tetap mewarnai pergelaran Banyuwangi Festival 2018. Mulai dari Banyuwangi Underwater Festival (4-6 April), International Ijen Green Run (8 April), Banyuwangi International BMX (30 Juni), dan Tour de Ijen (26-29 September).
”Khusus sport tourism ini memang kami mengambil pasar yang sangat segmented, tapi pasarnya tak banyak tergarap daerah lain. Secara konsisten ini mulai membuahkan hasil, di mana komunitas-komunitas BMX se-Indonesia, misalnya, rutin berlatih di Banyuwangi karena kami punya sirkut berstandar internasional,” papar Bramuda.
Ada juga berbagai atraksi fesyen, seperti Green and Recycle Fashion Week (24 Maret), Banyuwangi Fashion Festival (14 Juli), Banyuwangi Batik Festival (17 November), dan Festival Kebaya (5 Desember).
“Tidak hanya menggelar kemeriahan Banyuwangi juga menggelar festival untuk menumbuhkan empati sosial masyarakat seperti Festival Anak Berkebutuhan Khusus (10 Februari) dan Festival Anak Yatim (13-15 September),” ujar Bramuda.
Anas mengakui efektivitas sektor pariwisata dalam menggerakkan ekonomi lokal. Beragam program pengembangan pariwisata mampu mendorong peningkatan kunjungan wisatawan. Untuk turis domestik ke Banyuwangi, meningkat dari 497.000 (2010) menjadi 4,01 juta (2016). Adapun wisatawan mancanegara dari 5.205 (2010) menjadi 91.000 turis (2017) dengan pendapatan devisa Rp 546 miliar, berdasar perhitungan Kementerian Pariwisata.
Semua itu ikut mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga Banyuwangi yang melonjak dua kali lipat dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 41,5 juta per orang per tahun (2016). (*)