Kisah Bangganya Anak Muda Banyuwangi pada BEC

Senin, 30 Juli 2018


 

 

BANYUWANGI - Pagelaran akbar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) telah usai digelar. Parade busana etnik kontemporer yang masuk top 10 calender agenda wisata nasional ini telah berhasil menyedot perhatian para wisatawan. Para penampil BEC pun mengaku bangga berhasil menyuguhkan atraksi wisata yang megah.

Memasuki usianya yang ke-8, BEC tak pernah sepi peminat, bahkan semakin banyak anak-anak yang antusias untuk menjadi talent BEC. Mereka rela "bekerja keras" menyuguhkan karya-karya terbaik.

Seperti talent BEC kids, Maura Yevanika (10) yang tiga tahun berturut-turut menjadi talent BEC. Maura yang tampil dengan kostum oncor-oncoran salah satu sub tema BEC ini, terlihat atraktif dan inovatif. Baju hijau segar yang dikombinasi kain putih, dan omprok (penutup kepala) oncor (obor) dengan diameter 50 meter yang melingkari kepala dan tubuhnya mampu membuat penonton berdecak kagum.

Penampilan dara yang masih duduk dibangku kelas IV SD ini pun sempat membuat penonton terperangah. Dengan ukuran tubuhnya yang kecil dia mampu berjalan dengan lincah sambil membawa oncor seberat 15 kg. "Berat sih. Tapi ini yang buat saya bangga bisa tampil di BEC. Ini semua untuk Banyuwangi," kata dara kelahiran 20 Juni 2008 ini.

Kreasinya ini, menurut pengakuan Maura merupakan karyanya bersama tim dan orang tuanya. Meski sangat ribet dan berat, tapi terlihat rileks dan santai saat tampil di catwalk BEC. Bahkan dia mampu membawakannya dengan sempurna. 

Untuk bisa tampil sempurna di event ini, Maura mengaku latihan cukup keras, selama satu bulan  ini dia berlatih tiada pernah absen. Setiap hari full, meski cukup keras dia tak pernah mengeluh. "Meski capek,dia selalu semangat kalau sudah latihan. Bahkan dia tak pernah mau pernah absen. Itu semua karena obsesinya ingin tampil yang terbaik di even ini," kata juara kelas di sekolahnya ini. 

Banyak talent yang mengakui menjadi penampil BEC memang susah dan butuh kerja keras. Namun, itu semua tidak menyurutkan langkah para penampil BEC untuk bisa jalan di catwalk. Bagi mereka, bisa tampil di BEC mengalahkan rasa bangga mereka.

Seperti yang diungkapkan Nabila Putri Arimbi (18). Nabila mengaku sangat senang bisa tampil di BEC 2018, karena ini merupakan obsesinya sejak tiga tahun lalu. "Sudah lama kepengen, dan Alhamdulillah bisa terpilih. Seneng banget bisa menjadi wakil Banyuwangi di acara yang ditontotn ribuan orang ini," kata Nabila. 

Menurutnya, berbagai event budaya yang digelar pemkab dan berhasil dikemas dengan menarik ini menjadi penyemangat orang muda semacam dia untuk terus berkreasi. "Saya sudah pernah tampil di green and recycle fashion dua kali, makanya saya ingin mencoba event yang lain, semacam BEC ini," ujarnya. 

BEC 2018 kemarin mengangkat tema Puter Kayun. Sebuah tradisi para leluhur warga Boyolangu Banyuwangi menaiki delman hias menuju pantai Watudodol untuk menggelar selamatan pada hari ke sepuluh bulan Syawal. Tema besar puter Kayun ini dipecah menjadi sepuluh sub tema yang diaplikasikan dalam kostum para penampil BEC.

Tahun 2019 mendatang, BEC akan mengangkattema besar "The History of Muncar".

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :