Meriahnya Banyuwangi International Run 2015

Sabtu, 17 Oktober 2015


Meriahnya Banyuwangi International Run 2015 BANYUWANGI - Ajang berkonsep pariwisata berbasis olahraga (sport tourism) "Banyuwangi International Run 2015" yang baru pertama kali digelar oleh Kabupaten Banyuwangi berlangsung meriah dan penuh keunikan. Tidak hanya sekadar lomba lari, ajang ini juga sekaligus menjadi etalase budaya dan keindahan Banyuwangi.

Lomba yang diikuti 1.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara ini sengaja digelar di tengah kota untuk mengenalkan berbagai destinasi wisata di daerah berjuluk "The Sunrise of Java" ini. Rute yang dilalui pun melewati beberapa landmark di Banyuwangi, seperti Taman Sritanjung, Taman Blambangan, dan Pendopo Kabupaten yang berkonsep hijau. Tidak ketinggalan, lintasan pelari juga melewati salah satu destinasi wisata daerah unggulan, Pantai Boom, pantai yang tengah dibangun menjadi dermaga marina terintegrasi pertama di Indonesia.

"Saya sangat terkesan ketika berlari menyusuri pinggir pantai saat lomba tadi," kata Edinah Koech, jawara putri kategori 10 kilometer. Pelari putri asal Kenya ini mengaku senang mengikuti lomba lari di Banyuwangi. Menurut Edinah, penyelenggaraan event ini sangat terorganisir dengan baik. "Yang menarik adalah saat berlari melewati pantai, sangat asyik. Situasi dan orang di sini juga menyenangkan," ujar pelari yang telah memenangi sejumlah lomba half maraton di dunia ini.

Lomba lari ini juga semakin meriah dengan berbagai pertunjukkan seni dan budaya daerah di sepanjang lintasan yang dilalui oleh pelari. Ada 32 titik di sepanjang rute yg menampilkan berbagai kesenian mulai tari Gandrung, kesenian Hadrah, gamelan, dan Barong. Tidak ketinggalan ratusan anak juga unjuk kebolehan dengan menampilkan gerakan senam khas daerah untuk menghibur para peserta. Bahkan di sepanjang jalan dipenuhi oleh masyarakat yang ikut memberikan semangat pada para pelari. "Saya senang orang-orang disini sangat ramah. Ini menjadi pengalaman berlari yang berkesan bagi saya," kata David Mutai, jawara Banyuwangi Internasional Run kategori 10 KM.

Diah Kurniawati, peserta asal Jakarta, mengatakan, baru kali pertama ini dia mengikuti lomba lari penuh dengan atraksi seni-budaya. Bahkan, sampai 32 titik aksi seni-budaya hadir di sepanjang rute. "Seru banget. Ajaib rasanya lomba lari tapi ada gamelan, ada hadrah, ada tarinya," kata salah seorang eksekutif di perusahaan logistik multinasional yang telah mengikuti ajang lomba lari di berbagai kota di dalam dan luar negeri itu. Selain mengikuti lomba lari, Diah yang hadir bersama tujuh rekannya juga sekaligus berwisata ke Banyuwangi. "Setelah ikut lari, istirahat sejenak. Siang nonton Banyuwangi Ethno Carnival, lalu malam hari naik ke Kawah Ijen mau lihat api biru. Besoknya jalan ke Teluk Hijau dan Taman Nasional Alas Purwo," kata dia.

Selama lima tahun terakhir, Banyuwangi memang gencar dalam mempromosikan kepariwisataan untuk menjadi salah satu destinasi baru untuk wisatawan dalam maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung, dari wisata pantai, gunung berapi, hingga wisata hutan hujan tropis, ada di Banyuwangi. Ditambah dengan festival yang diadakan sepanjang tahun dengan menampilkan berbagai ciri khas lokal membuat Banyuwangi semakin dikenal di kalangan wisatawan.

Sektor pariwisata juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi yang naik tajam dari Rp 14,97 juta di tahun 2010 menjadi Rp 33 juta di tahun 2014 berdasarkan perhitungan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) juga naik dari Rp 23,56 triliun menjadi Rp 40,48 triliun. Selain itu, angka kunjungan wisatawan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, wisatawan domestik sebesar 860 ribu orang naik menjadi 1.500 orang pada 2014. Wisatawan mancanegara pun meningkat tajam, dari 5 ribu pada 2012 menjadi 28 ribu wisman pada 2014. (Humas protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :