Pelawak Cak Percil Meriahkan Festival Musik Patrol 2018

Selasa, 29 Mei 2018


BANYUWANGI – Festival musik patrol di Banyuwangi berlangsung meriah. Alunan musik yang terbuat dari bambu, mulai  seruling, therotok, gong, tempal, kentongan pethit menggema di penjuru Stadion Diponegoro pada malam pembukaan Festival Patrol 2018, Senin malam (29/5). 

Usai sholat taraweh, ribuan orang berbondong-bondong menuju stadion untuk melihat festival musik tradisional ini. Pembukaan festival patrol ini ditandai pemukulan alat musik terothok oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, beserta Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko dan forum pimpinan daerah.

Usai dibuka, penampilan pertama langsung menghadirkan seniman asli Banyuwangi " Cak Percil". Pelawak kondang yang viral akibat sempat mendekam penjara di penjara Lai Chi Kok, Hongkong karena dianggap melanggar atiran imigrasi negara setempat ini ikut meramaikan festival patrol 2018. Percil hadir sebagai peserta dari kontingen Kecamatan Cluring, yang merupakan tanah kelahirannya. 

Sambil membawa lampu petromak dan meneriakan "Saur...Saur", pelawak ini langsung membuat mata penonton melek dan tertawa terpingkal-pingkal. 

Meski hanya sebentar namun penampilan Percil yang tampil bersama artis Banyuwangi, yakni Demi, Reni Farida dan Rozi mampu memberikan hiburan segar bagi masyarakat dengan gaya lawakan yang khas dan kocak. 

“Bagi saya festival di Banyuwangi sangat hebat semuanya bagus, termasuk festival ini. Makanya saya bela-belain pulang kampung untuk ikut memeriahkan festival ini. Saur, Saur.. Pak Anas,” teriaknya. Penonton pun kembali tertawa terpingkal-pingkal mendengar pekikannya. Tak ketinggalan Bupati Anas juga ikut tergelak. 

Bupati Anas mengatakan, festival patrol ini adalah tradisi rakyat banyuwangi untuk membangunkan masyarakat dari tidurnya supaya segera sahur. “Kita sengaja angkat tradisi ini, dalam sebuah festival agar ada pendekatan keagamaan yang bernuansa budaya. Dulu sejarah agama Islam yang dibawa para wali songo masuk ke Indonesia lewat pendekatan budaya. Ada gamelan, gapuro dan lain-lain. Dan kita ingin di Banyuwangi ini kita lakukan yang sama,” kata Anas.

Tradisi patrol ini pun kata Anas, akan terus ditradisikan dan kembangkan sebagai syiar Islam. “Bagi kami syiar Islam yang dikemas dalam budaya patrol akan lebih mengena di hati masyarakat. Patrol ini juga akan mengingatkan kita tentang pentingnya guyub dan peduli dengan tetangga seperti yang dilakukan orang tua kita dahulu," kata Anas.

Festival patrol ini digelar selama dua hari, Senin - Selasa (28-29 Mei). Pembukaan festival patrol di malam pertama ini diawali dengan penampilan 12 peserta manca negara yang tergabung dalam program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang tengah belajar seni dan budaya Banyuwangi. Mereka memainkan alat musik terotok, angklung, dan patrol secara harmonis dan apik. Sambil melantunkan syair- syair rukun Islam. 

Setelah itu, masing-masing kontingen dari tiap kecamatan untuk kebolehan di atas panggung untuk selanjutnya mereka keliling kampung dengan rute yang sudah ditentukan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata MY Bramuda menambahkan, festival ini yang digelar selama dua malam yang diikuti 25 grup patrol dari 25 kecamatan se-Banyuwangi. Peserta di hari pertama yang tampil 12 grup, dan hari berikutnya 13 grup. 

“Setiap grup terdiri dari 15 personil dengan masing-masing memainkan berbagai alat musik. Mereka akan keliling kampung, dengan rute yang berbeda tiap harinya," jelas Bram. 

"Selasa malam, 30 Mei, festival patrol ini akan dimeriahkan oleh penampilan kelompok musik orkestra asal Jerman, Steinhaus Orchestra. Mereka akan tampil sebagai grup pembuka," pungkas

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :