Seblang Bakungan, Tarian Magis Warga Using Banyuwangi yang Pukau Wisatawan
Minggu, 26 Agustus 2018
Banyuwangi - Ritual adat Seblang Bakungan kembali digelar masyarakat Using Banyuwangi. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun tersebut digelar di Balai Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Minggu (26/8), tepatnya satu minggu pasca hari raya Idul Adha atau lebaran haji.
Ritual Seblang Bakungan merupakan rangkaian tarian yang dibawakan oleh wanita tua dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran. Tariannya yang magis membuat ritual ini menjadi tontonan menarik yang mampu memikat para wisatawan, baik lokal maupun manca negara.
Otto Paul Draeger, salah satunya. Wisatawan asal Jerman ini mengaku terpukau menyaksikan tarian ini.
"Saya sangat terhibur menyaksikan ritual ini. Apalagi setelah tahu kalau penarinya ini dalam kondisi kerasukan roh. Saya sempat merinding," kata Otto.
Demikian juga kata Agnes, dari Hongaria. Menurutnya, tradisi ini kental gotong royong. " Saya terkesan dengan budaya gotong royong warga Bakungan. Ini tradisi yang harus dilestarikan," kata dia.
Tahun ini, seblang ditarikan oleh Supani, seorang wanita berusia 68 tahun yang telah menari seblang selama lima tahun berturut-turut. Supani merupakan keturunan Seblang Misna yang telah pensiun menjadi seblang 15 tahun yang lalu.
Dalam ritualnya, setelah dibacakan mantra dan doa, sesaat kemudian seblang langsung kerasukan roh dan menari mengikuti irama gending yang mengiringinya. Selama semalam suntuk, penari seblang akan menari dengan diiringi puluhan gending. Diantaranya, kodok ngorek dan seblang lukinto.
"Semoga seblang bakungan ini tidak hanya menjadi seni pertunjukan, tapi sebagai penguatan budaya yang ada di Banyuwangi," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat menyapa masyarakat melalui aplikasi face time dari Bandara King Abdul Aziz, Saudi Arabia sebelum bertolak kembali dari menunaikan ibadah haji.
Banyuwangi sendiri, imbuhnya, konsisten mengangkat tradisi dan budaya lokal sebagai salah satu daya tarik pariwisata. Salah satunya melalui event festival seperti ini. "Bagi Banyuwangi, festival bukan sekedar cara untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga cara untuk menguatkan gotong royong, pemahaman dan pelestarian budaya. Sehingga tradisi dan budaya lokal tetap tumbuh subur di tengah modernitas," imbuhnya.
Ritual ini merupakan upacara penyucian desa untuk bersyukur kepada Allah dan memohon agar seluruh warga desa diberi ketenangan, kedamaian, keamanan dan kemudahan dalam mendapatkan rezeki halal, serta dijauhkan dari segala mara bahaya.
Seblang sendiri adalah singkatan dari 'sebele ilang' atau sialnya hilang. Di Banyuwangi, seblang dapat ditemui di dua tempat, yakni Kelurahan Olehsari dan Bakungan.
Sebelum seblang dimainkan, diawali tumpengan bersama warga di sepanjang jalan menuju Bakungan yang dimulai seusai maghrib. Sebelumnya warga sholat maghrib dab sholat hajat di Masjid desa. Lalu dilanjutkan parade oncor (obor) keliling desa (ider bumi). Selanjutnya, di bawah temaram api obor warga desa makan tumpeng bersama di sepanjang jalan desa. (*)