Tampilkan Pawai Seni dan Budaya Asli Banyuwangi pada Festival Kuwung
Jumat, 13 Desember 2013
BANYUWANGI-Rangkaian panjang Banyuwangi Festival masih terus berlangsung, kali ini Pemkab Banyuwangi menghadirkan Festival Kuwung Sabtu besok, 14 Desember. Festival ini sekaligus menjadi agenda tahunan yang menandai perayaan Hari Ulang Tahun Banyuwangi yang ke 242.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata M.Y Bramuda mengungkapkan Festival Kuwung yang diikuti oleh lebih dari 1000 peserta ini menjadi wadah bagi masyarakat Banyuwangi untuk mengekspresikan kekayaan seni dan budaya daerah. Selain itu pada festival ini juga ditampilkan penggalan kisah sejarah Banyuwangi serta potensi daerah baik industri maupun kekayaan wisata. “Festival Kuwung ini benar-benar menampilkan Banyuwangi secara asli baik seni, budaya dan berbagai potensinya,” ujar Bramuda.
Festival Kuwung pada tahun ini akan dimulai dengan opening tari-tarian. Tarian pertama berjudul Sampur Jingga Blambangan, mengisahkan prosesi laku benang merah seni Gandrung yang kemunculannya didahului oleh tari Seblang, Gandrung Lanang dan Gandrung Wadon. Rangkaian opening kemudian disusul oleh pertunjukkan drumband. “Setelah opening langsung dilanjutkan oleh tari-tarian dari kabupaten/kota tetangga yakni Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo,” terang Bramuda.
Usai pelaksanaan pembukaan, pertunjukan inti Festival Kuwung dimulai dengan pawai enam defile yang dibagi atas tema sejarah, industri kreatif, seni, adat tradisi, agro wisata dan objek wisata.
Tema sejarah mengangkat ‘Agul-agule Wong Agung Wilis’ yang akan diiring musik Janger. Tema Ini mengisahkan kegigihan perjuangan Wong Agung Wilis dalam menentang kehadiran VOC di bumi Blambangan khususnya di Khuta Lateng. Pusat Pertempurannya terjadi di Blimbingsari yang sekarang menjadi Lapangan terbang.
Selanjutnya barisan Industri Kreatif menyajikan ‘Dudu Jajang Kambang’, mengangkat berbagai potensi bambu mulai industri kerajinan bambu seperti perabot rumah tangga hingga aksesoris interior serta permainan khas bambu, salah satunya egrang. Tidak ketinggalan pertunjukan kesenian yang menggunakan bambu sebagai alat musik juga dimunculkan seperti angklung paglak, angklung caruk dan patrol.
Sementara barisan Adat Tradisi menampilkan Arak-arakan Kemanten Banyuwangi yang diiringi oleh musik Kuntulan. Selain Kemanten Adat Using, arak-arakan ini juga menampilkan berbagai adat kemanten yang ada di tengah masyarakat seperti kemanten Jawa dan Madura. Sedangkan defile Agro Wisata menampilkan Pesisir Manis Wetan, yang menyampaikan informasi tentang kegiatan masyarakat pesisir. Dimulai dengan ritual mohon doa keselamatan, berlayar di laut , pulang membawa ikan, hingga kemudian bersyukur atas ikan yang diperoleh.
Pada Barisan objek wisata memunculkan tema Syurganya Pulau Merah yang menampilkan pesona keindahan Pulau Merah, lengkap dengan kuliner dan olahraga lautnya yang khas (surfing). Dan pada barisan terakhir, penampilan Barong Ider Bumi menjadi defile yang merepresentasikan salah satu adat budaya Banyuwangi. Barisan yang dilengkapi dengan Barong Cokot, Barong Prejeng dan Gebyar Barong akan menjadi penutup pada Festival Kuwung tahun ini.
“Semua penampilan parade tersebut akan dikemas dalam bentuk tarian dan teatrikal yang dikemas secara apik. Selain itu juga ada penampilan kendaraan hias yang akan membuat sajian pertunjukan semakin menarik,” pungkas Bramuda.
Pertunjukkan Festival Kuwung akan dimulai pada pukul 12.00 WIB. Seluruh Defile akan melintas di sepanjang catwalk jalan raya, dengan rute, Jalan A Yani (depan Pemkab Banyuwangi) – Jalan PB Soedirman – Jalan Susuit Tubun dan finish di Gesibu Blambangan. (Humas & Protokol)