Akses ke Destinasi Wisata Terus Diperbaiki, Banyuwangi Siap MoU dengan Kemenhut

Rabu, 26 September 2012


BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi semakin giat membangun sektor kepariwisataan. Sektor unggulan ini berperan besar untuk menggerakkan perekonomian lokal.

Salah satu yang menjadi perhatian utama Banyuwangi adalah masalah infrastruktur penunjang kepariwisataan seperti akses jalan. Untuk kepentingan itulah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bertemu dengan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Darori, di Jakarta, Rabu (26/9).

”Kami membahas percepatan dan pengelolaan akses ke Kawah Ijen dan Alas Purwo termasuk untuk kepentingan optimalisasi Plengkung yang menjadi andalan wisata Banyuwangi,” ujar  Bupati yang akrab disapa Kang Anas ini.

Kang Anas menuturkan, Kementerian Kehutanan mendukung penuh rencana Pemkab Banyuwangi untuk mengembangkan obyek Kawah Ijen dan Plengkung (G-Land). Keseriusan Pemkab membangun jalan akses menuju obyek wisata andalan tersebut membuat Kementerian Kehutanan antusias. Otoritas bidang kehutanan tersebut siap untuk mendukung melalui penyediaan lahan sebagai infrastruktur penunjang. ”Nanti akan dibangun resort dan fasilitas penunjang lainnya. Jadi akses ke kawasan tersebut akan makin nyaman, apalagi fasilitas penunjangnya semakin lengkap,” jelas Kang Anas.

Selama ini, sambung Kang Anas, banyak daerah dengan potensi wisata yang bagus, namun tidak mempunyai perencanaan yang komprehensif. Akibatnya, wisata tak berkembang dan tak mampu memberi dampak ekonomi ke masyarakat. ”Belajar dari itulah, saya susun konsep secara bertahap, terukur, dan terencana untuk mengembangkan wisata Banyuwangi. Konsepnya jelas, indikatornya terukur, time frame-nya ada, segmentasinya fokus, jadi tidak serampangan,” ujarnya.

Pemkab telah siap memasuki era baru pariwisata yang modern dan terkonsep di Banyuwangi. ”Prinsip pemasaran modern seperti segmentasi, targeting, dan positioning benar-benar kami petakan dengan serius,” ujarnya.

Kang Anas mengatakan, konsep yang dikembangkan Banyuwangi adalah eco-tourism atau ekowisata. Konsep ini mengandalkan perjalanan ke lokasi yang masih alami dengan kekayaan budaya lokal yang kuat. ”Ekowisata ini kuncinya di infrastruktur. Biarkan alam apa adanya, asalkan akses mudah, pasti tumbuh,” ujarnya.

Untuk pemasarannya, Banyuwangi membidik segmen kelas menengah. Versi Bank Dunia, Indonesia punya kelas menengah (penduduk dengan pengeluaran US$ 2 hingga US$ 20 per hari) yang terus menanjak dari 81 juta orang pada 2003 menjadi 131 orang pada 2010. ”Kelas menengah sekarang sudah bosan jalan-jalan ke mall, banyak dari mereka yang ingin sensasi baru dengan mengunjungi lokasi dengan keindahan alam yang bagus. Kelas menengah ini pengeluarannya cukup besar, sehingga bisa berdampak ke perekonomian lokal. Itu pasar yang kami bidik,” jelasnya.

Dia menambahkan, selain infrastruktur, langkah yang telah dilakukan Pemkab antara lain pelestarian budaya lokal. ”Banyuwangi punya kekayaan budaya lokal luar biasa yang sangat potensial menjadi daya tarik wisatawan,” ujar Kang Anas. Desain kelembagaan pariwisata lokal juga dibangun, termasuk menyiapkan stakeholders untuk memahami tren pasar di industri pariwisata serta selalu ramah pada wisatawan. ( Humas & Protokol )



Berita Terkait

Bagikan Artikel :