Antisipasi Hama, Gerakan Semprot Masal Digelar di 3 Kecamatan
Rabu, 26 September 2012
SINGOJURUH – Untuk mengantisipasi serangan hama wereng, Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan (Disperhutbun) Kabupaten Banyuwangi menggelar gerakan semprot masal secara serentak di 3 Kecamatan di Banyuwangi, Selasa (25/9). 3 kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Singojuruh ( Desa Gumirih), Kecamatan Songgon ( Desa Balak), dan Kecamatan Genteng (Desa Kaligondo). Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka) dan 300 petani anggota kelompok tani (poktan) turut mengikuti kegiatan yang pencanangannya dilakukan di Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh ini.
Menurut Kepala Disperhutbun, Ikrori Hudanto, gerakan semprot masal yang dinamai “SPOT – STOP” tersebut bertujuan untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap insektisida kimia yang berdampak negatif terhadap agro ekosistem. Selain itu, petani juga belum menerapkan Pengendalian Hama Terpadu. Karena itulah, penyemprotan menggunakan agens hayati yang menjadi musuh alami hama wereng. Dalam kegiatan SPOT – STOP yang dimaksudkan untuk men-stop titik-titik (spot) serangan hama wereng ini, petani dibantu 1000 liter agens hayati dan 100 tangki hand sprayer, yang berasal dari bantuan dana APBN.
Kegiatan ini, jelas Ikrori dilatarbelakangi adanya penurunan produksi /panen padi pada tahun 2011 akibat meluasnya serangan hama wereng, hingga mencapai 1.511,47 Hektar (Ha). Luasan itu meningkat 49 persen dibanding tahun 2010 dengan luas serangan 1.011,33 Ha. Puncak serangan terjadi pada Oktober menjelang musim hujan. “Pada tahun 2012 ini sejak bulan Januari sampai Agustus dilaporkan serangan hama wereng menurun hanya 15,75 Ha,” terang Ikrori.
Ikrori menandaskan, kegiatan pendampingan ini perlu dilakukan terhadap para petani sebagai bentuk sosialisasi peringatan dini (early warning system). Dengan begitu, ujar Ikrori, petani dapat mengantisipasi kemungkinan meluasnya wereng memasuki akhir tahun 2013. Dan yang terpenting, kumulatif luas serangan dapat turun terkendali di bawah 1 persen dari luas total tanaman padi. Semua petugas lapangan di setiap kecamatan melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) juga diminta melakukan antisipasi semacam itu dengan memanfaatkan sarana prasarana pengendalian organisme pengganggu tanaman, baik dari bantuan pemerintah, kerjasama dengan perusahaan insektisida, maupun stakeholder lainnya.
Ikrori berharap, ke depan, poktan yang mengikuti kegiatan ini dapat menyebarluaskan hasilnya kepada masyarakat di sekitarnya. Sehingga, ujarnya, poktan dari desa lainnya juga dapat memahami pentingnya gerakan ini, dan menindaklanjutinya dengan melakukan hal yang sama di wilayah masing-masing melalui organisasi poktan secara terpadu, swadaya dan serentak. (Humas & Protokol)