Banyuwangi Pasok 1.344 ton Gula Non Sulfit Ke Indofood

Rabu, 27 Februari 2013


BANYUWANGI – Banyak orang tidak tahu perbedaan gula sulfit dan non sulfit. Karena sepintas bentuk dan kemasannya sama. Rata-rata  warnanya juga hampir mirip, sama kuning dan coklat. Yang membedakan rasa dan baunya, dan tentunya bahannya. Kalau sulfit menggunakan bahan pengawet sebaliknya non sulfit tidak menggunakan bahan pengawet.

Banyuwangi merupakan salah satu daerah pemasok terbesar gula non sulfit ke PT Indofood. Dalam satu  tahun, Banyuwangi bisa memproduksi gula kelapa sebanyak 1.344 ton, dengan 55 sentra gula kelapa. Sementara kebutuhan gula di PT Indofood sangat besar, bahkan bisa dikatakan seberapa pun produksinya akan diterima.

Melihat hal itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi langsung mensupport dengan menggelar sosialisasi peningkatan kualitas produksi gula non sulfit, agar para penderes, Industri Kecil Menengah (IKM) dan kelompok usaha pengola gula kelapa bisa meningkatkan produksinya. Salah satu caranya dengan memberikan pengetahuan bagaimana mengolah kelapa non sulfit agar bisa menghasilkan gula yang banyak. Mulai dari memilih bibit kelapa, menanam buah kelapa hingga memetik buah kelapa dan cara mengolahnya hingga menjadi gula non sulfit.

Bupati Abdullah Azwar Anas,berharap setelah ada sosialisasi dan permintaan yang besar dari PT Indofood, para pengolah gula non sulfit bisa meningkatkan produksinya, karena Banyuwangi berpeluang menjadi produsen gula non sulfit yang besar. “Saya lihat prosentasenya naik terus dari 600 ton naik 800 ton hingga 1.344 ton. Ini cukup bagus,” kata Bupati Anas.

Sementara itu, Gede Parso Susilo,salah satu success story pengusaha gula non sulfit, menyatakan tiap minggu bisa memasok gula non sulfit ke PT Indofood sebanyak 10 ton. “Untuk penjualan gula non sulfit cukup mahal dan naik terus. Kalau sulfit rata-rata Rp 8.000 per kilogram sedangkan non sulfit Rp.9.800 per kilogram,” kata Gede. (Humas dan Protokol)   

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :