Bupati Anas Raih Penghargaan Bupati Paling Inovatif se Jawa Timur
Rabu, 12 Desember 2012
BANYUWANGI - Di penghujung tahun 2012 ini, Bupati Abdullah Azwar Anas kembali memperoleh penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Penghargaan itu adalah Bupati paling inovatif dibidang kesehatan se - Jawa Timur. Penghargaan diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr. Budi Rahayu, MPH, pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 48 tingkat Jawa Timur di Taman Blambangan, Banyuwangi.
Penghargaan dari Pemprov Jatim tersebut didapatkan lantaran Bupati Anas menelurkan sejumlah program inovasi lokal yang mampu memicu peningkatan derajat kesehatan rakyat Banyuwangi. Program itu antara lain Harapan Keluarga Peduli Anak Sejak Dini (Harga Pas) dan Anak Tumbuh Optimal Berkualitas dan Cerdas (Anak Tokcer). “Bupati Abdullah Azwar Anas dianggap berhasil mendorong pembangunan kesehatan di Banyuwangi dengan program inovasinya yang juga kreatif,” kata dr. Budi Rahayu.
Selain Harga Pas dan Anak Tokcer, penghargaan tersebut diberikan kepada Bupati Anas karena mampu mendorong lima desa menjadi ODF (Open Defecation Free) atau desa bebas BAB sembarangan. Kelima desa tersebut adalah Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, Desa Wonosobo, Bangorejo dan Rejoagung Kecamatan Srono, serta Desa Sidodadi Kecamatan Wongsorejo.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan dr. Wiji Lestariono menerangkan jika program Harga Pas dan Anak Tokcer merupakan program yang digagas Pemkab Banyuwangi untuk mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang berbasis keluarga. Kedua program tersebut mengajak keluarga untuk peduli kesehatan anak sejak dini, yakni sejak masa anak di dalam kandungan. Program Harga Pas antara lain mengajak keluarga untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai, pemeriksaan dini kehamilan, pemberian ASI dan imunisasi, membiasakan mencuci tangan dalam keluarga dengan sabun, dan membiasakan anggota keluarga BAB di jamban.
Sedangkan Program Anak Tokcer, kata Rio, mengajak keluarga agar memberikan gizi seimbang dan mencegah permasalahan gizi setiap anggota keluarganya. Seperti menimbang berat badan bayi berkala, makan makanan yang beraneka ragam dan menggunakan garam beryodium. “Program Harga Pas dan Anak Tokcer memang saling berkaitan satu sama lain,” terang dr. Rio.
Ditambahkan dr. Rio, suksesnya program Harga Pas dan Anak Tokcer di masyarakat lantaran disosialisasikan secara terus menerus melalui kader-kader kesehatan di Puskesmas dan Posyandu. Bahkan kata dr. Rio, juga merangkul tokoh agama dan masyarakat seperti melalui pengajian acara-acara kemasyarakatan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan anak sejak dini. “Dari informasi tenaga kesehatan di Puskesmas, bahkan untuk menarik perhatian ibu-ibu datang ke Posyandu, ada posyandu yang memberikan doorprize. Bahkan ada juga yang kader posyandunya arisan, sehingga mereka bisa saling share masalah kesehatan” ungkapnya.
Tentang keberhasilan ODF, menurut Rio karena program ini dijalankan melalui penyadaran kepada masyarakat. Masyarakat diberikan informasi dan terus digugah untuk membuat WC di tiap rumahnya. “Program ini berupaya untuk memunculkan kemandirian masyarakat mewujudkan sanitasi mandiri. Sengaja masyarakat dipicu untuk sadar sehingga timbul rasa malu pada masyarakat agar tidak BAB sembarangan,” ujar dr. Rio. (humas Protokol)