Bupati - Mahasiswa Bahas Nasionalisme dalam Konteks Kekinian

Minggu, 27 Mei 2012


Banyuwangi – Pemkab Banyuwangi menggelar seminar dan diskusi peningkatan wawasan kebangsaan dalam rangka memperkuat jati diri bangsa serta persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan ini diadakan atas keprihatinan Pemkab Banyuwangi dan para akademisi, karena semakin memudarnya rasa cinta tanah air meskipun mahasiswa sebagai kaum terpelajar tidak hentinya menyerukan rasa nasionalisme.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ( Bakesbangpol) Kabupaten Banyuwangi tersebut, diikuti oleh ratusan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Banyuwangi. Bertindak sebagai narasumber antara lain  Bupati Abdullah Azwar Anas, Choirul Anam, Rektor Stikom, dan Subur Bahri, Dekan Fisip Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi. Acara tersebut berlangsung di Hotel Ikhtiar Surya, Kecamatan Giri, Banyuwangi, Sabtu ( 26/5).

Dalam diskusi tersebut Bupati Abdullah Azwar Anas, mengharapkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang diserukan oleh mahasiswa tidak hanya diorasikan dengan ucapan, namun juga dibuktikan dengan tindakan nyata kepada masyarakat. “ Mahasiswa sebagai kaum terpelajar seharusnya tahu apa yang harus dilakukan untuk tanah kelahirannya, bukan justru membuat kegaduhan di tengah jalan yang dapat mengganggu ketertiban umum, “ harap Bupati.

Di depan para peserta seminar diskusi, Bupati Azwar Anas menegaskan arti dari nasionalisme dan cinta tanah air yang harus diterapkan saat ini. “ Bukan seperti dulu, nasionalisme ditunjukkan dengan  harus teriak dan perang melawan bangsa asing. Sekarang kita harus bersama - sama bergerak memajukan daerah kita dan bersaing dengan daerah lain dalam menghadapi arus globalisasi juga perdagangan bebas, “ tegas Bupati. “ Jika kita hanya demo setiap hari namun tidak ada tindakan nyata, suatu saat kita akan kembali dijajah oleh bangsa asing, “ imbuhnya.

Sementara itu, Hadi Febrian, mahasiswa Fisip Untag Banyuwangi, menginginkan adanya pembangunan hingga daerah pelosok seperti desa Sarongan. Karena pihaknya telah melakukan penelitian bersama dengan mahasiswa Fisip lainnya, serta  melakukan diskusi dengan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)  Banyuwangi. “ Hasil dari penelitian tersebut, daerah terpelosok di Banyuwangi itu masih minim fasilitas seperti jalan dan listrik, padahal di desa tersebut mempunya potensi wisata dan alam yang sangat mumpuni ,“ ungkap Hadi.

Ulil Rifki, anggota BEM Stikom PGRI Banyuwangi, mendukung kebijakan pemerintah untuk menutup dan menekan jumlah pasar modern yang ada di Banyuwangi. “ Meski Bupati sedang gencar – gencarnya mengurangi pasar modern, namun juga harus memperhatikan nasib pedagang tradisional yang ada di pasar dan  pengrajin di desa – desa yang mulai gulung tikar ,“ harapnya. Selain itu, perwakilan BEM Stikes Banyuwangi Mohammad Irwanda mengatakan, Banyuwangi banyak memiliki sumber daya manusia (SDM) yang tidak kalah saing dengan daerah lain, namun karena kurangnya perhatian pemerintah sehingga mereka mengabdikan diri ke daerah lain. “ Karena itu mohon kepada pemerintah untuk memberi perhatian berbentuk beasiswa ataupun lapangan kerja, sehingga kita merasa bangga kepada daerah kita dan tak perlu bingung untuk mencari kerja ke tempat lain, “ ucap Irwan. ( Humas & Protokol)

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :