Daerah Jangan Hanya Menjiplak Jakarta

Senin, 29 April 2013


Bupati Anas Berbagi Best Practices Pembangunan Lokal kepada Aktivis Mahasiswa Se-Indonesia

SURABAYA - Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya menjiplak konsep pembangunan ekonomi di Jakarta. Daerah harus dikembangkan dengan pendekatan berbasis pada potensi lokal.

Demikian dikatakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat menjadi narasumber National Leadership Training yang diselenggarakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Surabaya, Jumat lalu (26/4). Acara tersebut diikuti oleh aktivis mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, mulai Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

"Daerah jangan latah menjiplak Jakarta karena potensi dan permasalahannya beda. Selama ini ada salah-kaprah, indikator kemajuan daerah adalah pembangunan mall. Padahal belum tentu mall bisa menjadi penggerak ekonomi yang signifikan," ujar Anas.

Yang seharusnya menjadi indikator kemajuan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran. Dia mencontohkan pertumbuhan ekonomi Banyuwangi yang terus menggeliat. Pada 2011, ekonomi Banyuwangi tumbuh 7,02%, lalu terkerek ke level 7,18% pada 2012. Level pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang pada 2012 sebesar 6,2%. Pertumbuhan ekonomi tersebut bermuara pada pengentasan kemiskinan.

"Ada kecamatan yang tingkat kemiskinannya semula 40% kini tinggal 4%. Itu indikator pembangunan ekonomi daerah. Harus tepat guna dan tepat hasil, tidak asal menjiplak kota-kota besar," ujarnya.

Anas memaparkan, Banyuwangi sengaja mengambil positioning yang berbeda dengan daerah-daerah lain. Untuk memacu sektor pariwisata, misalnya, Banyuwangi mengembangkan konsep pariwisata berbasis kekayaan alam (eco-tourism).

"Jadi kami kembangkan Banyuwangi yang tak hiruk-pikuk, tak perlu disulap menjadi rimba mall, karena eco-tourism ini bakal menjaring wisatawan segmen high-end yang mencari ketenangan alam, butuh petualangan-petualangan baru berbasis alam. Kalau cari model wisata yang hiruk-pikuk, cukup ke Surabaya saja," ujar Anas.

Menurut Anas, dalam mengembangkan dan memasarkan daerah, diperlukan segmentasi, targeting, dan positioning yang tepat. "Strategi-strategi tersebut harus bersandar pada potensi lokal biar tepat guna dan tepat hasil. Saya tegaskan sekali lagi bahwa karakteristik lokal ini harus dijadikan dasar pembangunan. Tidak semua daerah harus jadi Jakarta, Surabaya, atau Bali," ujarnya.



Berita Terkait

Bagikan Artikel :