Disperindag Sosialisasikan Sistem Resi Gudang Dan Kebijakan Pupuk Bersubsidi
Kamis, 8 November 2012
BANYUWANGI – Sistem resi gudang dan kebijakan pupuk bersubsidi belum sepenuhnya menyentuh para petani sebagai pelaku usaha. Hal itu terungkap dari penjelasan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Kabupaten Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo, dalam sosialisasi sistem resi gudang dan kebijakan pupuk bersubsidi, Kamis (8/11).
Menurut Hary, sosialisasi sistem resi gudang ini dimaksudkan untuk memantapkan manfaat resi gudang bagi petani, sekaligus memantapkan jaringan-jaringan manajemen pemasarannya. Mengacu pada pengalaman sebelumnya, selepas panen biasanya petani kesulitan menjual hasil panennya, sehingga terkadang hasil panen tersebut terpaksa dijual pada pengijon dengan harga yang lebih murah. Padahal jika mereka menjual lewat resi gudang, dipastikan mereka tidak akan merugi.
Bahkan, jelas Hary, Disperindag Propinsi Jawa Timur telah meyatakan, resi gudang untuk Jatim, kenaikannya cukup pesat. Dengan capaian pada tahun ini sebesar 6012 ton dari 33 gudang. Itu artinya banyak petani yang mempercayakan hasil panennya dijual lewat resi gudang. Namun sosialisasi resi gudang di Banyuwangi tampaknya masih perlu ditingkatkan, karena capaiannya masih tergolong kecil. Ke depan, tutur Hary, pihaknya berusaha untuk mendapatkan jatah dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk membangun resi gudang tambahan, selain resi gudang yang sudah ada di Kecamatan Cluring dan Muncar. Bahkan untuk lokasi yang dianggap layak juga sudah disurvey olehnya, diantaranya Kecamatan Wongsorejo, Genteng dan Sempu.“Semoga tahun 2013 sudah bisa terealisasi,”harap Hary.
Sedangkan untuk pupuk bersubsidi, sosialisasi pendistribusian dan banyaknya stok pupuk yang tersedia harus dilakukan, tambah Hary, agar jangan ada lagi penyalahgunaan dan ketidaktepatan sasaran dalam pendistribusiannya. “Ini juga berguna untuk melindungi konsumen, dan menghindari munculnya pupuk ilegal di tengah masyarakat,”tegas Hary. Permasalahan lainnya lagi, tandas Hary, biasanya jika menjelang musim tanam, pupuk melimpah. Namun adanya perubahan musim tanam saat ini menyebabkan pupuk yang dibutuhkan masyarakat tiba-tiba menghilang dari pasaran atau menjadi langka. Untuk menghindari hal itu tidak terjadi, diperlukan kerjasama dengan beberapa pihak terkait. Mengingat Banyuwangi selama ini merupakan lumbung pangan nasional.
Dua kegiatan ini - sosialisasi resi gudang dan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi - sengaja dirangkai, sebab kaitannya langsung pada petani . Dilangsungkan di Rumah Makan Mahkota Plengkung, kegiatan ini diikuti 100 peserta dari KUD (Koperasi Unit Desa), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan para petani. Selain itu juga ada agen, distributor dan pengecer pupuk bersubsidi. Nara sumber berasal dari Disperindagprov Jatim, Kepala Wilayah PT Pertani (Persero), Pimpinan Bank Jatim Surabaya dan Badan Peneliti dan Pengawasan Tanaman Pangan. (Humas & Protokol)