Dua Orang Peneliti AIFDR Kunjungi Banyuwangi

Kamis, 24 Januari 2013


BANYUWANGI – Banyuwangi kedatangan dua orang peneliti dari AIFDR ( Australian Indonesian for Facility Disaster Reduction) dan AUSAID ( the Australian Government's Overseas Aid), siang tadi (24/1). Mereka ditemui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuwangi, Wiyono dengan ditemani para relawan dari Forum Peduli Bencana Indonesia (FPBI) di kantor BPBD.

Banyuwangi punya potensi terdampak bencana baik dari darat, laut dan udara. Di darat rawan terjadi letusan dari dua gunung berapi, yakni Gunung Raung dan Ijen, dari laut adalah ancaman tsunami, dan dari udara adalah angin puting beliung. Hal itulah yang mengantarkan Jason Brown (Training and Outreach Manager AIFDR, Red) yang datang bersama Annelies Heijmans (Independent Consultant and Researcher, Red) dan didampingi Didik dan Dian dari AIFDR Indonesia. Mereka  menyatakan maksud kedatangannya ke Banyuwangi adalah untuk membantu memetakan kembali kawasan rawan bencana, khususnya bencana  tsunami, dan membantu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Jason yang fasih berbahasa Indonesia panjang lebar berdiskusi dengan BPBD dan para relawan untuk mengumpulkan  data yang dibutuhkan NGO (Non Government Organization) -nya. Sejatinya program ini sudah berjalan selama 5 tahun. Namun sejak 1,5 tahun yang lalu AIFDR mulai merambah ke 3 provinsi, salah satunya Jawa Timur, dimana Banyuwangi menjadi bagian dari tempat yang disurvey. “Kedatangan kami ini untuk mencari info sebanyak-banyaknya, sebab Juni mendatang AIFDR akan turun dari provinsi ke kabupaten,”tutur Jason. Kalau dari kunjungan ini Banyuwangi dinyatakan  layak dibantu, kata Jason, maka Juni tim AIFDR pun akan diterjunkan ke Bumi Blambangan ini. Jason juga menegaskan, AIFDR akan membantu masyarakat terdampak bencana utamanya dari segi sosial kemasyarakatan (penanggulangan bencana berbasis masyarakat, Red).

Sementara itu, rekannya, Annelies Heijmans mengatakan, AIFDR belumlah memutuskan apakah akan memilih Banyuwangi atau tidak, sebab datanya masih dalam proses pengumpulan. “I can’t say that AIFDR will decide to choose Banyuwangi, because the information is still collected and we still have to visit many provinces. But we have different impression with BPBD Banyuwangi. The energy shown by the BPBD is amazing. So we are optimistic Banyuwangi will be considered to get this program. We hope we can keep up this spirit ( Saya tidak bisa memutuskan apakah AIFDR akan memilih Banyuwangi atau tidak, karena informasinya masih kami kumpulkan dan kami masih harus mengunjungi beberapa provinsi terdampak bencana lainnya. Tetapi kami punya kesan yang berbeda tentang BPBD Banyuwangi. Energi yang dimiliki luar biasa. Saya optimis Banyuwangi akan dipertimbangkan untuk memperoleh program ini. Kami harap kami bisa terus menjaga semangat itu),”urai Annelies.

Besok (25/1), BPBD Banyuwangi akan membawa Jason dan Annelies ke Dusun Sumberagung, Desa Pancer, Kecamatan Pesanggaran untuk menelisik lebih jauh ke desa yang pada tahun 1994 silam porak poranda akibat dihantam tsunami tersebut. Saat ini masyarakat desa tersebut sudah survive dan desanya digolongkan sebagai ‘Desa Tangguh Bencana’. Artinya, jika sewaktu-waktu terjadi bencana serupa, mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri. Desa ini sudah menjadi desa tangguh bencana jauh sebelum BPBD terbentuk. “Kami sekarang tinggal menguatkannya saja,”tukas Wiyono. (Humas & Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :