Fotografer Kenamaan, Don Hasman, Catch The Moment Kedatangan Miss Coffee International
Minggu, 21 Oktober 2012
GLAGAH – Don Hasman, fotografer kenamaan Indonesia, tak ketinggalan catch the moment kedatangan Miss Coffee International ke Bumi Blambangan ini. Jepretan kameranya tanpa henti mengambil gambar dari berbagai angle para putri kopi kebanggaan dunia tersebut.
Ketika dimintai komentarnya tentang kunjungan ke-14 kontestan Miss Coffee International tersebut ke Banyuwangi, spontan Don mengatakan ini adalah momen yang ‘gila’. “Nanti malam kalau saya menyebarkan foto ke teman-teman saya yang ada di 6 benua, seluruh dunia bakal tahu kalau Banyuwangi itu luar biasa. Apalagi salah satunya dengan potensi kopinya. Sampai-sampai orang luar tertarik untuk datang kesini,” tandasnya.
Sementara itu, terkait Banyuwangi Festival yang akan diadakan Banyuwangi bulan November hingga Desember mendatang, Don mengatakan, momen yang langka itu sebaiknya terus disebarluaskan lewat teknologi informasi yang semakin canggih ini. “Sebab, banyak orang mau datang ke suatu acara, tapi terkadang tidak tahu harus kemana lantaran kurangnya informasi yang ada,”ujar Don.
“Banyuwangi itu eksotis. Contoh event ‘Petik Laut’ yang rutin diselenggrakan Banyuwangi dan di luar negeri dikenal dengan nama ‘Regata’ itu event-nya terbesar di dunia. Disini mampu melibatkan 800 – 1200 kapal. Padahal di New York dan Perancis hanya bisa mendatangkan 400 kapal saja.Tapi sayangnya tidak banyak orang tahu karena kurangnya penyebarluasan informasi itu,”urai Don.
Don berharap, seluruh pihak bersinergi untuk mengerahkan potensi yang dimiliki Banyuwangi. “Bali saja, untuk menjadi seperti saat ini butuh waktu 120 tahun. Maka Banyuwangi harus optimis bisa lebih maju, asalkan semua pihak terus bekerjasama, saling mendukung, dan tidak saling jegal,”kata Don. Ke depan Don mengharapkan, para fotografer Banyuwangi juga tak segan mengadakan pameran berkeliling memperkenalkan potensi – potensi yang dimiliki Banyuwangi.
Menurut lelaki yang sudah wira-wiri di Banyuwangi sejak tahun 1964 ini, sejak dulu Banyuwangi punya potensi yang sebenarnya sangat diuntungkan dengan adanya penyeberangan menuju Bali. Sayangnya, saat itu belum tertangani dengan baik. Harusnya, tukas Don, wisatawan dari Jawa yang mau ke Bali atau sebaliknya, harusnya ‘ditangkap’ dan ‘ditahan’ di Banyuwangi. Tapi pertanyaannya, lanjut Don, kalau mereka sudah ‘ditangkap’ dan ‘ditahan’, mereka mau ngapain? “Mereka harus disuguhi sesuatu atau informasi tentang adanya hal yang istimewa di Banyuwangi,”tegasnya.
Tapi Don sudah melihat, sejak 6 hingga 7 tahun terakhir ini, Banyuwangi sudah lebih baik dibanding 10 tahun yang lalu. “Tinggal dipoles terus infrastrukturnya, sebab itu adalah sarana yang diperlukan untuk berkomunikasi, dan menghindarkan wisatawan dari kelelahan akibat guncangan selama dalam perjalanan,”sarannya.
Don sendiri berniat untuk mengajak kawan-kawannya sesama fotografer agar tidak melewatkan momen Banyuwangi Festival tersebut. “Saya akan ajak 22 fotografer dari seluruh Indonesia plus 10 sampai 15 orang fotografer dari Jakarta untuk hadir di acara ini. Dampaknya pasti bagus untuk perekonomian Banyuwangi. Ekonomi Banyuwangi akan menggeliat, sebab hotel-hotel penuh, penjual makanan atau warung-warung makan laris. Pokoknya mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah semuanya diuntungkan,” tuturnya. (Humas & Protokol)