Geber Penanganan Difteri, Pemkab Kumpulkan Lintas Sektoral

Rabu, 31 Oktober 2012


altBANYUWANGI – Mewabahnya  penyakit difteri, membuat Pemkab Banyuwangi, melalui Dinas Kesehatan selaku leading sectornya, mengumpulkan beberapa pihak untuk menggeber  sosialisasi penanganan penyakit yang mematikan itu, Rabu (31/10). Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Slamet Kariyono membuka acara yang dihadiri oleh sejumlah peserta lintas sektoral tersebut. Diantaranya dari unsur TNI/Polri, guru-guru TK dan PAUD, PKK, dan organisasi sosial keagamaan. PT Askes, Direktur Sekolah Kesehatan (STIKES, UBI), Direktur RSUD Blambangan, Rumah Sakit Swasta, kepala Puskesmas dan para koordinator bidan  juga tampak hadir .

Menurut Sekkab Slamet, penyakit difteri di seluruh Jawa Timur menjadi permasalahan  yang pelik di bidang kesehatan. Bagaimana tidak. Dari 906 kasus difteri di Indonesia, urai Sekkab Slamet, Jatim menjadi penyumbang terbanyak, yakni 713 kasus. Namun karena difteri termasuk Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), Jatim akan melaksanakan kegiatan imunisasi tambahan berupa Sub PIN (Pekan Imunisasi Nasional) Difteri kepada anak usia 2 bulan hingga 15 tahun di 19 Kabupaten/kota prioritas. Banyuwangi salah satunya. Sebab di Banyuwangi sendiri telah ditemukan 16 kasus dengan 1 korban meninggal. “Dengan tujuan agar Jatim benar-benar terbebas dari wabah difteri, Pemkab mengharapkan semua pihak yang ada disini untuk membantu mensosialisasikan pentingnya imunisasi tambahan ini. Sebab sub PIN Difteri ditargetkan mencapai minimal 95 persen dari populasi sasaran,”ujar Sekkab Slamet.alt

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Hariadji Sugito menambahkan, di Banyuwangi ada 386 ribu orang yang menjadi sasaran imunisasi difteri. Lokasinya menyebar di beberapa tempat mulai PAUD, TK, SD, SMP, pondok pesantren dan sasaran di perkampungan yang tidak sekolah. “Kami telah menyiapkan 4500 pos yang ditempatkan di 24 kecamatan di Banyuwangi. Dan ada 740 tenaga kesehatan yang disiapkan,”ujar Hariadji yang memastikan pelaksanaan sub PIN ini serentak dilakukan pada 12 hingga 24 November mendatang. Imunisasi ini dilaksanakan serentak, ujar Hariadji, dengan maksud untuk memutus mata rantai penyebaran difteri itu sendiri. Hariadji berharap, seluruh peserta turut berperan penuh mendukung kelancaran imunisasi ini. Caranya dengan ikut mensosialisasikan bahaya difteri kapada anak didik, keluarga dan masyarakat sekitar, dan menginformasikan waktu pelaksanaan sub PIN tersebut.

Sejak tahun 2011 hingga kini, penyebaran difteri  cenderung meningkat. Peningkatan itu dipengaruhi beberapa faktor antara lain sifat penyakit ini yang mudah menular melalui droplet (percikan ludah) atau udara, adanya carrier (orang pembawa bakteri difteri) yang berpotensi menularkan difteri hingga 6 bulan bila tak terdeteksi, dan tidak meratanya program imunisasi rutin pada bayi dan anak sekolah. Selain itu juga tidak maksimalnya penanggulangan pada tiap kasus difteri, tidak meratanya sosialisasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat tentang difteri, dan ada pergeseran epidimologi dimana difteri yang sebelumnya menyerang balita dan anak sekolah, pada beberapa daerah mulai bergeser menyerang orang dewasa.

Untuk lebih mengenalkan apa dan bagaimana difteri itu sendiri, kegiatan ini menghadirkan dua nara sumber. Yakni dr. Rusipah, Mkes, spokesman WHO di Jakarta  yang mengulas tuntas tentang difteri dan pencegahannya. Selain itu juga  Waluyo, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) pada Dinkes Banyuwangi yang memberikan gambaran umum persiapan Sub PIN Difteri di Kabupaten Banyuwangi. (Humas & Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :