Gerakan Tabungan Lingkungan, Wujud Siswa Peduli Sampah

Selasa, 15 Mei 2012


BANYUWANGI – Sejak bulan Maret 2012, Pemkab Banyuwangi, melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) kabupaten Banyuwangi, mulai intens mengajak siswa Sekolah Dasar (SD) untuk peduli soal sampah. Para siswa tersebut langsung diperkenalkan pada program Tabungan Lingkungan.

Menurut Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Drs Arief Setiawan, Senin ( 14/5). Yang dimaksud dengan Program Tabungan Lingkungan adalah murid-murid SD diminta untuk membawa sampah ke sekolah tiap hari Sabtu.

Selanjutnya, pada hari yang sama tepat pukul 6.30 WIB petugas dari DKP akan mengambil sampah yang telah terkumpul tersebut.  Di situ juga petugas akan melakukan pemilahan terhadap sampah organik dan anorganik dan langsung ditimbang beratnya. Setelah ditimbang, sampah organik langsung dibawa ke rumah kompos terdekat untuk diolah. Sedangkan sampah anorganiknya akan dijual.

Satu minggu kemudian, petugas DKP akan datang kembali ke sekolah-sekolah untuk mengembalikan sampah organik dalam bentuk kompos agar bisa dimanfaatkan. Sedangkan sampah anorganik akan diganti dengan uang sesuai timbangannya. “Dan uang hasil timbangan sampah akan digunakan untuk  menambah pembelian pupuk atau bunga yang ada disekolah tersebut,” ujar Arief.

Selama ini sampah dari siswa yang diambil seminggu sekali diangkut dengan menggunakan mobil pick-up dan diolah di rumah kompos terdekat.  Di kecamatan Banyuwangi ada 4 rumah kompos yang tersebar di kelurahan Kampung Ujung, Karangrejo, Sobo dan Kebalenan. “Kedepan kami akan melatih bagaimana sekolah belajar untuk mengelola sampahnya sendiri,” tandas Arief.

Untuk kegiatan ini, terang Arief, baru 4 Sekolah Dasar  yang sudah melakukan gerakan Tabungan lingkungan ini, yakni SDN Sobo, SDN Kebalenan, SDN Kertosari dan SDN Karang Rejo. Nantinya Arief menginginkan semua SD harus sudah melaksanakan kegiatan ini.  

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Kebalenan, Hj Setianingsih,  mengungkapkan program tabungan ini sangat bermanfaat bagi sekolah. Karena sampah tidak lagi menumpuk, malahan bisa menghasilkan uang tambahan dan pupuk kompos. Setianingsih mengaku pupuk kompos yang diberikan digunakan untuk memupuk tanaman di halaman sekolah. Sementara  hasil uangnya digunakan untuk mendukung kegiatan green and clean di sekolah.

Hal senada juga diungkapkap siswi SDN Kebalenan, Leonita, yang sebelumnya merasa jijik harus membawa-bawa sampah. Namun karena menyadari manfaatnya, akhirnya siswi kelas III ini rela mengumpulkan sampah di rumahnya selama satu minggu untuk dibawa ke sekolah.(Humas & Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :