Keberhasilan Pembangunan Banyuwangi Membuat Iri
Selasa, 19 Maret 2013
Surabaya – Ratusan pejabat eselon II setingkat kepala dinas dari sejumlah daerah di Jatim dan Indonesia Timur terkesima mendengar pemaparan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Pejabat eselon II ini adalah peserta Program Pendidikan Latihan atau Diklatpim II Angkatan XXIX Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jatim atau Balitbangprop Jatim.
Berbicara dalam acara pembukaan Diklatpim II Angkatan XXIX, Bupati Banyuwangi memaparkan kiat-kiat memimpin Banyuwangi. "Di era otonomi begitu banyak ruang yang bisa kita manfatkan untuk memajukan daerah dan menyejahterakan rakyat. Dengan berbagai terobosan kebijakan di daerah, saya ingin tidak lagi mengeluh ke pusat," demikian Bupati Abdullah Azwar Anas menjawab sejumlah pertanyaan peserta Diklat.
Menurut Azwar Anas, terobosan itu di antaranya dengan mendorong potensi di luar APBD dalam upaya pengentasan kemiskinan. "Misalnya dana CSR perusahaan-perusahan di Banyuwangi sudah kita arahkan dalam pengentasan kemiskinan. Dan berhasil mengentas kemiskinan, di antaranya di kecamatan Wongsorejo," ujar Anas.
Pemkab Banyuwangi mempunyai kebijakan yang terintegratif dalam upaya pengentasan kemiskinan. Abdullah Azwar Anas merincikan, dalam upaya pemberantasan kemiskinan Pemkab juga melakukan Desain Tata Ruang. "Dengan desain Tata Ruang yang menetapkan peruntukan kecamatan Wongsorejo sebagai kawasan industri misalnya. Kesejahteraan masyarakat disana meningkat. Dan tentu saja kemiskinan bisa ditekan," ungkap Azwar Anas. Kata Azwar Anas, dengan investasi yang masuk, lapangan kerja akan tercipta. Angka kemiskinan pun akan makin melorot. Di Banyuwangi dari sebelumnya kemiskinan masih di atas 20 persen, sekarang sisa hanya 10 persen.
"Kami punya sejumlah terobosan dan program Pembangunan, yang langsung atau tidak tentu akan mengurangi kemiskinan. Termasuk dalam upaya Pemkab mendorong Ecotourism untuk sejumlah potensi wisata di Banyuwangi," kata Anas.
"Semua prestasi Banyuwangi, termasuk upaya pengentasan kemiskinan membuat kami iri, " kata Mustain dari Lombok Utara. Dijelaskan, di Lombok Utara, kabupaten pemekaran yang usianya baru empat tahun, angka kemiskinan masih tinggi hingga 43 persen.
Sejumlah kebijakan di Kabupaten Banyuwangi ingin bisa dicontoh. "Rencananya kami akan berkunjung ke Banyuwangi untuk mempelajari berbagai kiat pengentasan kemiskinan di sana," ujar Mustain dalam forum tanya jawab.
Salah satu indikator kemajuan ekonomi Banyuwangi adalah kinerja perbankan yang tumbuh tinggi. Simpanan masyarakat di perbankan (dana pihak ketiga) di Banyuwangi meningkat 24 persen sepanjang 2012 menjadi Rp. 4,2 triliun. Tingkat persentase pertumbuhan tersebut lebih baik dibanding kabupaten/kota lain. Sebagai contoh, pertumbuhan simpanan masyarakat di Jember hanya 17 persen, Kabupaten Probolinggo 12,5 persen, dan banyak kota/kabupaten kelas menengah lain sebesar 20 persen. Tingkat pertumbuhan simpanan masyarakat Banyuwangi di Bank melampaui rata-rata pertumbuhan seluruh Jatim yang hanya 16 persen.
Untuk kredit di Banyuwangi sepanjang 2012 meningkat 18,5 persen menjadi Rp 5,7 triliun. Peningkatan ini lebih tinggi dibanding kota/kabupaten lain di Jatim, seperti Probolinggo 11 persen, Lumajang 12 persen, Bondowoso 12,5 persen, Madiun 11 persen, dan beberapa kota/kabupaten lain.
Komposisi simpanan dan kredit di Banyuwangi menunjukkan loan to deposit ratio (rasio simpanan terhadap kredit) mencapai lebih dari 100 persen. Itu menunjukkan bank di Banyuwangi sangat aktif menyalurkan kredit seiring dengan geliat ekonomi di Banyuwangi. (Humas dan Protokol)