Kiprah LO Di Balik Suksesnya Tour de Banyuwangi Ijen

Minggu, 29 September 2019


BANYUWANGI – Event balap sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen 2019 sukses digelar. Keberhasilan event ini tak lepas dari kerjasama seluruh tim, termasuk di dalamnya para Liaison Officer (LO) yang menjadi nara hubung para pebalap.

Koordinator Tim LO, Aekanu Hariyono mengatakan ITdBI tahun ini disupport oleh 21 LO.

Ke-21 LO inilah yang mendampingi 19 tim yang berasal dari berbagai negara.

Antara lain tim Malaysia yang terdiri atas tiga tim yakni Sapura Cycling Team, Malaysia National Team, dan Terengganu Cycling Team. Dua tim Iran (Omidnia Mashhad Team dan Foolad Mobarakeh Sepahan). Dua tim China (Taiyuan Miogee Cycling Team dan Tianyoude Hotel Cycling Team). Tiga tim Jepang (Aisan Racing Team, Kinan Cycling Team dan Ukyo). Empat tim Indonesia (Banyuwangi Road Cycling Community, Indonesia National Team, KFC Cycling Team, PGN Road Cycling Team, dan KGB Jakarta), Go For Gold Filipina, NEX Cycling Team Singapura, Global Cycling Team Belanda, dan St George Continental Cycling Team  Australia.  

Ke-21 LO ini  terpilih dari 63 pelamar. Tak semuanya baru. 12 orang di antaranya pernah menjadi LO di ITdBI tahun-tahun sebelumnya, dan 9 orang lainnya benar-benar baru pertama kali. Dan semuanya perempuan. Mereka adalah anak-anak muda asal Banyuwangi.

“Saya melihat, semangat untuk menjadi relawan tahun ini semakin bagus. Sejak pengumuman open recruitment digulirkan dua bulan  lalu lewat media sosial, banyak yang mengajukan lamaran,”tutur Aekanu saat ditemui di lokasi finish etape ke-empat ITdBI di Paltuding Ijen, Sabtu (28/9/2019).

Kemudian, lanjutnya, mulailah seleksi dilakukan lewat curriculum vitae atau daftar riwayat hidup yang dibuat, surat ijin dari orang tua bagi yang belum menikah dan surat ijin dari suami bagi yang  sudah berkeluarga. “Ijin dari orang tua atau suami sangat penting, sebab dibutuhkan keseriusan untuk terjun sebagai LO. Selain itu mereka kita uji tidak hanya secara pengetahuan saja, tapi juga attitude-nya, bagaimana responnya terhadap sesama dan lingkungan sekitarnya,” ujar Aekanu.

Mereka pun, imbuh Aekanu, juga diminta untuk menceritakan pengalamannya di depan rekan-rekannya. Kawan-kawannya yang mendengarkan, harus berkonsentrasi dan menuliskan apa yang diceritakan. “Tujuannya, semua harus tahu satu sama lain dan tidak boleh cuek. Jadi jika mereka mendapatkan informasi, informasi tersebut bisa disampaikan secara detail kepada  yang lainnya. Sebab pintar saja tidak cukup. Yang paling penting, tidak ada kompetisi di sini, dan semua harus saling support,” tandas Aekanu.

Tahun ini, hanya dua kualifikasi bahasa yang dibutuhkan, yakni Inggris dan Jepang. Aekanu menjelaskan, tahun ini relatif lebih mudah, sebab banyak tim yang anggotanya merupakan campuran (continental tim). Misal tim Ukyo Jepang. Tidak semua anggotanya asli Jepang, tapi beberapa di antaranya dari Australia. Sehingga mereka yang bisa berbahasa Inggris, akan menyampaikan pada anggota timnya dengan bahasa Inggris, sehingga lebih memudahkan bagi LO.

Salah satu LO, Zessy Irama mengaku senang bisa ikut terlibat kembali di ITdBI tahun ini. “Saya sudah jadi LO 4 kali berturut-turut sejak 2016, dan rasanya dari tahun ke tahun tetap excited,” kata Zessy yang tahun ini kebagian mendampingi tim BRC. Menurut Zessy, tantangan paling seru adalah saat dia ditugasi mendampingi tim asing. “Tim asing itu disiplin, sehingga saya juga harus ikut disiplin. Saya pernah pegang tim Sapura Malaysia. Saat itu saya nggak tahu kalau Sapura itu tergolong tim kuat yang diperhitungkan pihak lawan. Manajemen waktunya bagus banget, juga kerjasama dan kekompakan timnya. Jadi saya belajar banyak dari situ,” ujar Zessy yang mengaku tetap ingin ikut menjadi LO di tahun-tahun berikutnya.

Selain Zessy, ada Yasinta Tiara Dewi yang juga tergolong lama bergabung sebagai LO. Sinta justru sudah 6 kali, sejak 2014. “Saya pegang tim asing tiga kali. Dan baru kali ini saya pegang tim Iran (Omidnia). Meski agak kesulitan berkomunikasi karena mereka terbatas dalam berbahasa Inggris, tapi mereka lucu-lucu dan suka menyanyi,” kenang Sinta.

Sinta juga terkesan saat mendampingi tim yang pasti berbelanja kebutuhan timnya sehari sebelum tiap etape dimulai. “Biasanya kami berkeliling untuk mencari apa yang dibutuhkan tim. Semua supermarket, minimarket hingga pasar tradisional pasti kami datangi tiap hari. Biasanya mereka selalu mencari minuman  bersoda, roti gandum, snack sereal bar, yoghurt, madu, jelly, dan pisang. Tapi pebalap asing juga  suka salak dan buah naga,” ujarnya terkekeh.

 

 

LO ini memang bertugas mendampingi tim sepenuhnya. Selain menjadi penghubung antara organizer, commissaire dan race director, LO juga bertugas mendampingi dan membantu checking kebutuhan tim sebelum start dan setelah finish. LO juga harus mengkoordinasikan jaduak kedatangan dan kepulangan tim. Dan yang tak kalah penting, LO juga menjadi guide yang mempromosikan apa pun tentang Banyuwangi kepada tim.



Berita Terkait

Bagikan Artikel :