Norwegian Red Cross Gelar Evaluasi Program PERTAMA
Senin, 25 Maret 2013
BANYUWANGI – Norwegian Red Cross (NRC) kembali hadir di Banyuwangi untuk menggelar lokakarya, evaluasi dan rencana berkelanjutan atas program Pengurangan Resiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA), Senin (25/3). Program PERTAMA ini merupakan kerjasama antara NRC dengan PMI untuk mempersiapkan agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana selalu siap sedia menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Manajer Proyek NRC – Indonesia Budi Kurniawan mengatakan, evaluasi yang diadakan hari ini untuk melihat kemungkinan apakah program tersebut bisa dilanjutkan lagi atau tidak. “Program PERTAMA ini telah berjalan sejak tahun 2011. Dan jika dinilai bagus, maka bisa dilanjutkan,”ujar Budi. Namun sayangnya, tambah Budi, misi NRC di Indonesia sudah akan ditutup bulan Juli. Kalaupun membutuhkan bantuan pendanaan, bulan Maret ini adalah batas akhirnya. “Saya rasa dengan waktu yang begitu terbatas, tidak mungkin untuk mengejar bantuan itu. Saya harapkan muncul inisiatif masyarakat untuk swadaya. Atau bisa pula tetap melanjutkan kegiatan melalui dana yang diajukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kepada propinsi atau pusat,”urai Budi sambil mencontohkan kabupaten lain seperti Bojonegoro yang melanjutkan kegiatan serupa melalui anggaran dari BPBD.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko yang membuka acara itu menginginkan agar program tersebut tetap bisa berjalan. Mengingat manfaatnya bagus untuk masyarakat Banyuwangi yang daerahnya rawan bencana. “Banyuwangi ini adalah etalase bencana. Bencana apapun bisa terjadi di Banyuwangi, seperti gunung meletus, angin puting beliung, longsor maupun tsunami. Saya minta PMI tetap berkoordinasi dengan BPBD agar anggarannya bisa dicover meski tidak lagi mendapat bantuan dari Norwegia,” ujar Wabup.
Kerjasama yang dilakukan antara NRC dan PMI ini diwujudkan dalam bentuk pelatihan bagi volunteers dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) berupa SATGANA (Satuan Siaga Penanggulangan Bencana), ToF (Training of Facilitator), dan ToT (Training of Trainer). Selain itu juga simulasi bagi masyarakat bagaimana cara menghadapi bencana, dan mengadakan program Sekolah Siaga Bencana (SSB). Ada pula program penguatan organisasi untuk PMI dalam bentuk bantuan dari NRC berupa alat komunikasi, biaya operasional selama 1 tahun dan dibantu tenaga full timer yang menangani program ini.
Acara yang berlangsung di aula PMI ini dijadwalkan berlangsung dua hari ( 25 - 26/3) dengan peserta meliputi camat, kepala desa, dan para sukarelawan. Selain itu hadir pula nara sumber dari PMI Provinsi Jawa Timur. (Humas & Protokol)