Paguyuban Pecinta Batik Yogyakarta Kunjungi Banyuwangi

Senin, 19 November 2012


alt

BANYUWANGI – Terdorong oleh kecintaan kepada batik nusantara dan keinginan untuk terus membina dan melestarikannya, Paguyuban Pecinta Batik ‘Sekar Jagad’ Yogyakarta sebanyak 150 orang  berkunjung ke Banyuwangi, Senin (19/11)  untuk mengenal batik khas Banyuwangi lebih dekat.

Pimpinan rombongan, Prof DR. Ir Murdijati Gardjito yang datang bersama mantan Menteri Perdagangan Rahardi Ramelan beserta istri menyatakan kebahagiaannya bisa menjejakkan kaki di Banyuwangi. “Berada di Banyuwangi serasa kembali ke masa lalu. Karena Banyuwangi adalah salah satu rute perpindahan Kerajaan Majapahit,” ujar wanita  berusia kepala 6 tersebut. Tak heran, lanjutnya, jika batik Banyuwangi juga sedikit ada kemiripan dengan batik Yogyakarta dari segi motifnya. “Batik Banyuwangi ini  indah dan patut dilestarikan,” puji  Murdijati.

alt

Sementara itu, Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesra, Ir Suhartoyo, SH,MSi yang menerima rombongan mewakili Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik kunjungan tersebut. Suhartoyo yang hadir bersama Ibu Dani Azwar Anas dan Ibu Minuk Yusuf Widyatmoko juga menjelaskan potensi batik Banyuwangi yang menjadi produk unggulan Banyuwangi, sekaligus mampu menopang perekonomian Banyuwangi.

Motif batik khas  Banyuwangi yang tersimpan di Museum Budaya Banyuwangi ada 22 motif, dengan ‘Gajah Oling’ sebagai motif yang paling tua. Beberapa motif yang ada selain gajah Oling diantaranya motif kangkung setingkes, alas kobong, kopi pecah, blarak semplak, gringsing, semanggian, sisik papak, kawung dan sebagainya. Motif ‘Gajah Oling’ tak hanya mengedepankan estetika, tapi juga menggambarkan kekuatan yang tumbuh dalam jati diri masyarakat Banyuwangi. Dan dalam perkembangannya masih terus ditemukan motif batik khas Banyuwangi. Saat ini sentra batik khas Banyuwangi tak hanya berpusat di Kelurahan Temenggungan Kecamatan Banyuwangi saja, namun mulai bermunculan sentra-sentra baru di Kecamatan Kabat.

alt

Paguyuban Pecinta Batik ‘Sekar Jagad’ Yogyakarta ini sebelum berkunjung ke Banyuwangi, telah melakukan survey potensi batik ke Banyuwangi pada tanggal 11 September lalu. Menurut Ahmad Tohari, pengurus  ‘Sekar Jagad’, batik Banyuwangi adalah batik yang kekhasannya menarik dari segi motif, setelah batik Pamekasan. “Karena kami peduli terhadap perkembangan batik ke depan, kami mengusulkan di Banyuwangi juga dibuat hari pasaran batik seperti di Pamekasan, misalnya hari Kamis dan Minggu. Jadi pada hari-hari tersebut beribu-ribu batik akan dijual, dan lambat laun wisatawan akan tahu kapan mereka bisa mencari batik dengan mudah,”ujar pria yang akrab disapa ‘Hari’ ini. Menurut pengurus paguyuban yang base campnya beralamat di Jl Kemetiran Kidul No 60 Yogyakarta ini, Banyuwangi adalah salah satu kota sasaran yang dikunjungi selain Probolinggo, Lumajang, Jember, dan Bondowoso karena kekhasan batik yang dimilikinya.

Kegiatan ini ditutup dengan tukar menukar  cinderamata antara paguyuban pecinta batik tersebut dengan Pemkab Banyuwangi. Paguyuban Pecinta Batik ‘Sekar Jagad’ memberikan cinderamata unik berupa vandel berbentuk kompor, yang diatasnya terdapat wajan (penggorengan) berisi cairan lilin untuk membatik, lengkap dengan cantingnya. Selain itu mereka juga memberikan dua buah buku berjudul ‘ Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo,’ karangan Sri Soedewi Samsi, dan ‘The 20th Century Batik Masterpieces’ karangan Tumbu Ramelan. Sedangkan Pemkab Banyuwangi memberikan batik khas Banyuwangi dilengkapi dengan CD profil pariwisata Banyuwangi, vandel, leaflet dan  buku The Sunrise of Java. Di Pendopo Sabha Swagata Blambangan yang menjadi lokasi berlangsungnya kegiatan ini juga diramaikan dengan bazaar penjualan batik-batik, snack dan kerajinan  khas Banyuwangi. Para tamu yang rata-rata dari keluarga Kraton Yogyakarta  tersebut tampak memborong beberapa produk yang ada, khususnya batik khas Banyuwangi.(Humas & Protokol)

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :