Palang Merah Norwegia Kunjungan Lapang Ke Banyuwangi
Minggu, 21 Oktober 2012
BANYUWANGI – Beberapa waktu lalu, Banyuwangi kedatangan tim Palang Merah Norwegia (Norwegian Red Cross). Kedatangan mereka ke Bumi Blambangan untuk melihat efektifitas kerjasama pengurangan resiko bencana terpadu antara PMI-Banyuwangi dengan NRC.
Diterangkan Nurhadi, Wakil Ketua I Palang Merah Indonesia (PMI) Banyuwangi, Jumat kemarin (19/10) PMI Banyuwangi dan NRC telah bekerjasama pengurangan resiko bencana terpadu berbasis masyarakat sejak sejak awal tahun 2011 lalu. Saat itu adalah tahap sosialisasi, dimana masyarakat juga mendapatkan bantuan berupa bibit tanaman produktif dan 300 kelambu yang diperuntukkan bagi 3 desa untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.
Pada tahun 2012 ini, ujar Nurhadi, kegiatan sudah berjalan selama 1 tahun. Tim NRC langsung turun lapang ke tiga sasaran untuk memantau. Sasaran pertama adalah kantor PMI Kabupaten itu sendiri, yakni dengan melakukan penguatan organisasi. Melalui program penguatan organisasi, PMI mendapat bantuan dari NRC berupa alat komunikasi, biaya operasional selama 1 tahun dan dibantu tenaga full timer yang menangani program ini. Selain itu juga diadakan pelatihan bagi volunteers dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) berupa SATGANA (Satuan Siaga Penanggulangan Bencana), ToF (Training of Facilitator), dan ToT (Training of Trainer).
Sasaran kedua, adalah desa. Di desa ada program SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat). Melalui program ini, di tiap desa dilatih 30 orang kader untuk tanggap bencana. Dan sasaran terakhir adalah sekolah. Di sekolah ada program SSB ( Sekolah Siaga Bencana).
Ketika tim NRC melakukan kunjungan lapang ke beberapa lokasi yang dikunjungi, selain melakukan dialog langsung dengan peserta pelatihan, tim juga mengadakan simulasi bagaimana menghadapi bencana bagi para peserta pelatihan. Simulasi itu disesuaikan dengan kondisi setempat, sesuai dengan bencana yang sering terjadi di daerah tersebut. Misalnya simulasi angin puting beliung di Desa Badean, Kecamatan Kabat; simulasi tanah longsor di Desa Bangunsari, Kecamatan Songgon; dan simulasi gelombang pasang di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar.
Nurhadi mengatakan, kesan Caroline dan Gulvord (nama anggota Tim NRC tersebut – Red) usai kunjungan lapang itu, keduanya menyatakan kepuasan dan apresiasinya yang mendalam atas pelatihan tersebut. “Ke depan keduanya menginginkan ada program tindak lanjut setelah mereka memberikan stimulan ini,”ujar Nurhadi yang merencanakan akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, agar upaya pengurangan resiko becana ini bisa diintegrasikan dalam mata pelajaran di sekolah.
Perlu diketahui, di Indonesia, NRC mengadakan program Pengurangan Resiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat ini di 2 provinsi, yakni Maluku dan Jawa Timur. Di Provinsi Jatim sendiri, yang ditunjuk sebagai pilot project kegiatan ini ada 2 kabupaten yaitu Bojonegoro dan Banyuwangi.(Humas & Protokol)