Pemkab Banyuwangi Ajak Anak Muda Nongkibar Online

Rabu, 15 April 2020


BANYUWANGI – Untuk ke-8 kalinya, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan kegiatan Nongkibar bagi anak-anak muda, Minggu (13/4/2020). Nongkibar yang merupakan kependekan dari Nongkrongin Ilmu Bareng ini memang diperuntukkan untuk menambah ilmu dan wawasan generasi muda.

Jika pada nongkibar sebelumnya selalu menghadirkan anak-anak muda dan nara sumber di satu tempat yang sama, berbeda dengan penyelenggaraan kali ini yang dikarenakan mewabahnya covid19, dirubah dengan pertemuan melalui dunia maya.

Aplikasi Zoom sengaja dipilih sebagai media digelarnya sharing antar anak muda ini. Meski digelar lewat sosial media, jumlah pesertanya mencapai 229 orang. Tak hanya berasal dari Banyuwangi, tapi juga berbagai daerah di Indonesia, seperti Lampung, Bekasi dan Pulau Sebatik.

Kegiatan yang dikemas dengan judul “Millenials as Volunteers with Positive Vibes” ( Anak-anak muda sebagai sukarelawan dengan semangat positif) ini menghadirkan dua pembicara handal. Billy Mambrasar (Staf Khusus Presiden Joko Widodo yang juga Founder Kitongbisa) dan Jamil Azzaini (Founder Akademi Trainer, Inspirator Sukses Mulia, sekaligus CEO Kubik Leadership Group).

Ketua Tim Penggerak PKK Banyuwangi, Ny Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mengapresiasi kegiatan tersebut.  Ny Dani mengaku senang dan bersyukur, sebab kegiatan ini bisa diikuti anak-anak muda hebat dari berbagai penjuru Indonesia. Sisi positif yang perlu disyukuri di balik musibah ini, terang Ny Dani, selain diikuti anak Banyuwangi, kita pun bisa berkenalan dengan anak-anak muda di luar Banyuwangi.

“Pastinya kita bisa mendapatkan inspirasi dari mereka, karena setiap anak muda tentu punya cerita dan inovasinya masing-masing yang keren-keren. Saya senang dengan materi hari ini yang membicarakan anak-anak relawan yang punya mindset positif. Tak cuma mengkritisi sisi negatif kelompok tertentu. Tapi juga jadi relawan yang bisa memberikan hal positif atau mendukung komunitas-komunitas di sekitarnya,” kata Ny Dani yang berharap kegiatan ini bisa ditindaklanjuti dan diaplikasikan langsung oleh para peserta.

Narasumber pertama, Billy Mambrasar membagikan kiat suksesnya. Meski awalnya berasal dari keluarga kurang mampu dan tinggal di pelosok Papua, Billy berhasil menunjukkan semangat dan kerja kerasnya, bahkan hingga bisa bersekolah di universitas ternama di luar negeri, bahkan kini diangkat sebagai Stafsus Presiden Jokowi.

Billy punya definisi khusus bagi kaum milenial yang sering dianggap sebagai kaum rebahan atau suka bermalas-malasan. “Kaum rebahan itu definisinya bukan kaum yang malas. Tapi Rebahan merupakan singkatan dari Realistis, Bangkit dan Handal. Saya ingin bangsa Indonesia lebih bangkit. Kualitas seseorang akan terlihat saat krisis itu datang. Kalau kita hanya mengutuk kondisi yang ada, kita tak akan pernah menjadi generasi handal,” ujar Billy.

Billy mencontohkan keberadaan virus korona saat ini. “Virus korona saat ini menyerang seluruh dunia. Kita boleh bersedih, tapi tak boleh berlarut-larut. Kita harus bangkit dan bantu pemerintah. Kita boleh kritik pemerintah. Tapi lebih keren lagi kalau misalnya nih kita datang pada bapak Bupati Banyuwangi, dan tanyakan apa yang bisa kita bantu,” tandasnya.

Misal, imbuh Billy, bantuan berupa masker. Seperti yang dilakukan anak-anak muda di Jakarta yang mengajak ibu-ibu rumah tangga bikin masker bareng untuk disumbangkan pada warga. Sementara di Papua juga ada anak-anak muda yang memfasilitasi ibu-ibu penjual sayur agar tak lagi jual sayur langsung untuk menghindari agar virus korona tak semakin meluas. Mereka memfasilitasi ibu-ibu agar bisa berjualan secara online, sedangkan penyortiran hingga distribusi sayuran tersebut dilakukan anak-anak muda ini dengan memakai Alat Pelindung Diri  (APD) lengkap.

Pembicara kedua, Jamil Azzaini juga tak kalah seru. Jamil mengajak peserta untuk membayangkan sesuatu. Tangan kiri memegang jeruk nipis, dan tangan kanan memegang pisau. Kemudian jeruk itu dibelah, dan langsung disedot dengan mulut. Yang terasa adalah rasanya yang sangat masam.

“Maknanya apa? Hati-hati dengan apa yang kita ucapkan dan kita sebarkan karena itu akan sangat mempengaruhi hormon-hormon kita, apalagi di masa covid19 saat ini. Orang bisa berkurang daya tahan tubuhnya ketika membaca informasi yang salah, kemudian dia mengalami kepanikan,” kata Jamil.

Jamil mengajak para peserta agar fokus pada kendali diri masing-masing seperti respon, pikiran, dan perilaku. “Kalau kita fokus pada apa yang di luar kendali diri kita seperti covid19, masa lalu kita yang buruk, suasana politik, masa depan kita, maka kita bisa stres dan tidak happy. Jadi sebaiknya jangan terlalu dipikirkan. Yang penting kita fokus untuk melakukan sesuatu yang terbaik sebagai problem solving,” pungkas Jamil.



Berita Terkait

Bagikan Artikel :