Pemkab Gelar Temu Teknis Penyuluh Pertanian
Senin, 17 September 2012
BANYUWANGI – Beberapa waktu lalu, Pemkab Banyuwangi menggelar temu teknis penyuluh pertanian se Kabupaten Banyuwangi di Rumah Makan Plengkung, Kecamatan Kalipuro. Acara yang dihadiri 200 undangan dan dibuka oleh Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko tersebut selain jadi media silaturrahim bagi pemkab dan para penyuluh pertanian, juga menjadi ajang motivasi bagi para penyuluh pertanian agar bersemangat menjalankan tugasnya demi tercapainya swasembada pangan di Banyuwangi. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Disperhutbun) Banyuwangi, H Ikrori Hudanto.
Menurut Ikrori, tahun 2012 ini, pemkab telah menerima piagam penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Penghargaan tersebut diberikan atas keberhasilan Banyuwangi dalam meningkatkan produksi padi hingga mencapai di atas 5 persen pada tahun 2011. Peningkatan produksi padi tersebut sebesar 803.323 ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu setara dengan 507.749 ton beras. Berarti surplusnya sebesar 337.749 ton.
Pencapaian tersebut, jelas Ikrori, diperoleh dengan proses yang tidak instant. Beberapa fasilitator pertanian, seperti petugas penyuluh pertanian (127 PNS) dan 56 orang THL- TBPP (Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian) intens mengadakan pertemuan dengan kelompok tani. Mereka, ujar Ikrori, menggandeng 203 orang dari gabungan kelompok tani (Gapoktan) di tiap-tiap desa atau BPP (Balai Penyuluh Pertanian) untuk bertemu dan sharing di kantor BPP, setiap hari Rabu setiap bulannya.
Tugas para penyuluh pertanian dan THL-TBPP itu,tutur Ikrori, adalah mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani melalui pendidikan non formal. “Caranya ya melalui sistem kerja laku (latihan dan kunjungan. Sehingga, melalui fasilitator ini diharapkan para petani dapat mengidentifikasi potensi wilayah dan menganalisa penerapan teknologi spesifik lokal hinggga mampu memecahkan masalah,” tandas Ikrori.
Acara tersebut , lanjut Ikrori, juga menghadirkan nara sumber, Dr Suryo Wiyono dari laboratorium Hama dan Penyakit Institut Pertanian Bogor (IPB). “Dr Suryo menekankan pertanian ekologis harus difokuskan pada pengembangan pertanian organik. Petani belajar bersama mengembangkan sistem pertanian yang mempertimbangkan unsur-unsur agro – ekosistem dan memanfaatkan sebanyak mungkin potensi lokal yang ada di desanya,” jelas Ikrori. Pertanian ekologis, imbuh Ikrori, menitikberatkan penganekaragaman tanaman padi. “Dari situ mereka diajarkan cara mengembangkan varietas tanaman, dengan cara menyilangkan antar varietas lokal guna memperoleh varietas baru sesuai yang diinginkan petani,”pungkas Ikrori.(Humas & Protokol)