Penuhi Hak Dan Layanan Anak MDVI, SDLB G Banyuwangi Gelar Kongres

Rabu, 23 Januari 2013


KALIPURO – Guna memenuhi hak dan layanan pendidikan untuk anak dengan Multiple Disability Visual Impairment (MDVI) dan deafblind atau yang dikenal di  Indonesia dengan anak cacat ganda atau cacat berat, Sekolah Dasar Luar Biasa – Ganda Banyuwangi menggelar Kongres Nasional Guru dan Orangtua Anak MDVI di Hotel Ketapang Indah, Kecamatan Kalipuro.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas ketika membuka acara yang diikuti oleh 50 peserta  ini menyatakan apresiasinya atas upaya dan kerja keras panitia dalam memberikan perhatian pada anak didik berkebutuhan khusus. “Ini merupakan forum yang baik dan mulia. Saya berharap keputusan yang dihasilkan dari forum  yang bertema ‘Learning Together and Learning From Each Other’ ini mampu merancang dan merumuskan aksi bersama dan menginspirasi kita semua untuk terlibat langsung dalam pendidikan anak-anak ini,”harap Bupati.

Sementara itu, ketua penyelenggara kegiatan ini, Yudhi Harris Nurdian, mengungkapkan, Banyuwangi yang dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan acara ini karena kota Gandrung dinilai sebagai kabupaten yang punya kepedulian terhadap anak-anak cacat berat. “Banyuwangi memiliki sekolah khusus untuk anak-anak tuna ganda. Sekolah itu adalah milik Yayasan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (YPABK) yang beralamat di Jalan Brawijaya Gang Cemara nomor 45,”ujar Yudhi yang juga Kepala SDLB G YPABK Banyuwangi itu. SDLB G ini, jelas Yudhi, adalah satu diantara 5 sekolah  atau yayasan serupa yang ada di Indonesia. Empat lainnya adalah SLB Bhakti Luhur – Jakarta, SLB Rawinala – Jakarta, yayasan Helen Keller Indonesia (HKI) – Yogyakarta, dan yayasan Bhakti Luhur-Malang.

Menurut Yudhi, idealnya satu anak tuna ganda ditangani satu guru. Padahal di Indonesia, berdasarkan data yang dimiliki Perkins School  for the Blind USA, terdapat 8 ribu anak. “Jika semakin banyak pihak yang peduli pada mereka, maka tumbuh kembang anak-anak tersebut akan terlayani dengan baik,”ujar Yudhi yang dengan tegas mengatakan  bahwa apa yang dialami anak-anak tersebut bukanlah penyakit, melainkan faktor keterlambatan tumbuh kembang yang jika tertangani dengan baik, maka mereka akan mampu melayani dirinya sendiri. Contohnya bagaimana cara memegang sendok atau bagaimana mereka mengusap air liurnya sendiri tanpa dibantu orang lain.

Berbagai hal akan dibahas dalam kongres yang baru pertama kalinya diadakan ini. Para peserta juga akan mendapatkan pengetahuan baru melalui materi yang dibawakan para nara sumber. Antara lain Kebijakan Teknis Pendidikan Luar Biasa untuk anak MDVI yang dibawakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Membangun Kemitraan Guru dan Orang Tua oleh Budi Prasojo dari SLB Rawinala, dan Cara Berkomunikasi dengan Anak MDVI oleh Suster Magdalena dari HKI. Pada hari kedua, peserta melangkah lebih jauh pada materi Prinsip Bekerja dengan Anak MDVI yang diberikan oleh Weningsih dari Education Consultant Asia/Pacific Program Perkins International yang disambung dengan diskusi dan pemutaran film. Dan pada hari ketiga, seluruh peserta akan melakukan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang nantinya akan disampaikan pada pemerintah daerah masing-masing.

Kegiatan yang diselenggarakan selama 3 hari ini (23 – 25/1) menghadirkan perwakilan dari 7 kabupaten di Jawa Timur sebagai peserta. Antara lain dari Tuban, Ngawi, Nganjuk, Kediri, Mojokerto, Pasuruan,  di samping Banyuwangi sebagai tuan rumah. Banyuwangi sendiri telah memiliki seorang guru, yakni Masfufah,  yang dikirim ke PerkinsSchool  for the Blind USA, belajar  selama 1 tahun tentang tuna ganda sekaligus cara penanganannya. (Humas & Protokol)

 

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :