Keindahan Plengkung Buat Peserta Fam Trip 2012 Takjub
Kamis, 20 Desember 2012
TEGALDLIMO – Plengkung, salah satu pesona alam di Taman Nasional Alas Purwo , menjadi tujuan selanjutnya dari perjalanan Familiarization Trip (Fam Trip) 2012 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 14 – 16 Desember lalu. Semua peserta yang datang di lokasi setelah matahari terbenam, langsung takjub dengan keindahan pantai yang terkenal sebagai surganya para peselancar ini. Ditambah lagi dengan lampu-lampu yang terkesan dramatis menghiasi sepanjang jalan berpasir menuju ke penginapan.
Semua peserta menginap di Bobby’s Camp, salah satu diantara tiga penginapan yang ada di kawasan yang lebih dikenal dengan sebutan G-Land (Green Land) itu. Dua penginapan lainnya, Joyo’s Camp dan penginapan milik Wana Wisata Alam Hayati (WWAH) berada tak jauh dari Bobby’s Camp.
Dari lokasi ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan laut dengan bulir-bulir pasir putihnya yang berbentuk seperti gotri dan ombaknya yang indah. Ditemani manajer Bobby’s Camp, Hanif ‘Kalek” dan surfer guide-nya yang asal Amerika, Michael, peserta Fam Trip banyak mendapatkan informasi tentang G-Land secara mendetil. Kebetulan, saat peserta Fam Trip berkunjung, kondisi G-Land sedang sepi. Hal itu dikarenakan sedang dalam masa off season. “Pesurfer sudah tahu kapan mereka harus datang kesini,” ujar Kalek. Mereka, kata Kalek, akan datang di saat ombak sedang besar-besarnya, yakni pada bulan Maret hingga Oktober.” Itu peak seasonnya,” tandas Kalek. Apalagi, tambahnya, pada 3 waktu hari setelah full moon (bulan purnama, Red) atau 3 hari setelah new moon (bulan baru, Red). Dan pesurfer sudah memahami betul tentang hal itu.
Menurut Kalek, jika ombak sedang bagus-bagusnya, jumlah pengunjung di G-Land bisa mencapai 988 hingga 1240 orang, dengan pesurfer terbanyak datang dari Australia dan Brazilia. Dan untuk bisa ke G-Land, biasanya mereka update dan pesan tempat via internet. Besarnya ombak G-Land yang rata-rata setinggi 6 – 7 meter dan sampai sepanjang 2 kilometer non stop dengan handycap-nya (karang yang berfungsi sebagai rintangan) yang menakjubkan, membuat G-Land digemari oleh para pesurfer profesional. “Ombak G-Land tidak untuk pesurfer pemula. Sebab handycap-nya terlalu berbahaya. Untuk yang agak-agak mahir saja bisa mencoba ombak tiger track atau twenty-twenty (gulungannya bersap-sap dan tidak panjang). Itupun bagi pesurfer yang sudah bisa berdiri dan mengendalikan papan selancarnya dengan baik,” jelas Kalek lagi. Dan jika ombak sedang bagus-bagusnya karena didukung arah angin yang bagus pula, maka caring capacity untuk pesurfer bisa turun pada saat yang bersamaan adalah sebanyak 60 orang.
Ditambahkan oleh Michael, yang istimewa di G-Land adalah level ombaknya yang berbeda-beda. Mulai tingkatan tertinggi, yakni Kong (yang memberi nama pada ombak yang daya gulungnya dahsyat ini adalah Jeremy Kong) – Lau Ching Pad (bantingannya keras) – Manitrice (tinggi besar) – Cobra (berbentuk seperti ular Cobra) – Speedis (cepat) – Twenty-twenty (datang per 20 detik) – Tiger Track (bersap-sap seperti lompatan harimau). Pria berkewarganegaraan Amerika yang keturunan Iran ini mengaku jatuh cinta pada G-Land dan memutuskan bekerja sebagai surfer guide disana pada 2009. Sebelumnya dia pernah ikut kompetisi surfing yang pernah diselenggarakan di G-Land pada tahun 1995 – 1997. “G-Land has many optional waves. And it has the longest wave ever. If Tahiti wellknown with the biggest wave, but here, famous with the longest wave (G-Land punya banyak pilihan ombak. Dan selain itu juga punya ombak yang terpanjang. Kalau Tahiti terkenal dengan ombaknya yang terbesar, tapi di G-Land terkenal dengan ombaknya yang terpanjang, Red). Pria bule bernama asli Narchi Behzod ini sangat terkesan dengan ombak G-Land yang konsisten, sehingga kesempatan untuk mencoba mengarunginya lebih banyak dibanding semua tempat di Indonesia.
Uniknya, di tempat ini juga tersedia klinik yang bisa menangani langsung kecelakaan akibat surfing, seperti luka robek yang perlu dijahit. Bahkan menurut keterangan Michael, pernah ada pesurfing yang mengalami lepas tulang selangkangan. “We overcome that problem in our clinic that called Kimbo’s clinic. And I sewed the torn skin by myself. But if it is too severe, after I sewed it, usually we call the helicopter to bring him at the special hospital in Denpasar ( Kami langsung mengatasi masalah yang mereka alami di klinik kami yang diberi nama Klinik Kimbo. Dan saya menjahit luka itu sendiri. Tapi jika kondisinya terlalu parah, biasanya kami hubungi helikopter untuk langsung membawanya ke rumah sakit khusus di Denpasar),”terang Michael. Bahkan, klinik ini juga diklaim sebagai klinik dengan obat-obatan terlengkap, yang seluruh pengobatan dan sarananya dibantu oleh Asosiasi Profesional Lifeguard Australia atau Apola.
Menariknya lagi, dari depan masing-masing kamar penginapan yang berlokasi di tepi hutan, tiap pengunjung bisa sewaktu-waktu bertemu dengan babi hutan, rusa atau monyet abu-abu yang kebetulan melintas untuk mencari makanan. Semua peserta menyatakan rasa puasnya bisa berkunjung ke tempat yang jauh jaraknya namun begitu indah ini. (Humas & Protokol)