Peserta Fam Trip 2012, Terpesona Kekayaan Budaya Banyuwangi di Sanggar Genjah Arum
Rabu, 19 Desember 2012
TEGALDLIMO - Cerita Familiarization Trip (Fam Trip) 2012 belum berakhir. Puas menikmati perjalanan ke Kawah Ijen, 50 peserta Fam Trip di hari kedua diajak beristirahat sejenak dan lunch di kawasan Ijen Resort and Villas. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Sanggar Genjah Arum.
Sanggar yang mengemas budaya khas Banyuwangi lengkap dalam satu kesatuan rumah adat, makanan dan minuman khas, kesenian, Red) tersebut mengundang decak kagum dari para peserta yang berasal dari luar Banyuwangi. Amir Tejo, salah satunya. Wartawan Jakarta Globe ini terpesona dengan suara unik dan melengking Supinah, penyanyi Using andalan Bumi Blambangan. “Suaranya kok bisa tinggi begitu ya? Itu cengkok dangdut atau apa?,” tanyanya, merasa asing dengan cengkok suara Supinah.
Tak hanya itu, peserta juga dihibur dengan kesenian gedogan alu, dimana ibu-ibu tua memukul alu dan menghasilkan irama yang unik, dilanjutkan dengan acara menyangrai kopi. Selain itu usai disuguhi tari Jejer Gandrung, peserta juga diajak menari bersama tari Paju Gandrung. Tidak ketinggalan pula, di sanggar milik pengusaha Setiyawan Subekti itu mereka juga menikmati kopi khas Kemiren yang langsung diproses di tempat itu juga, lengkap dengan lepet, kue klemben dan tape ketan yang dibungkus dengan daun kemiri sebagai snacknya. Tiap moment, tiap suguhan, tidak lepas dari jepretan kamera para peserta yang beberapa diantaranya juga sempat menikmati pijatan khas Mbah Timbul, tukang pijat Desa Kemiren yang ‘ampuh’ mengobati pegal-pegal.
Setelah dua jam berada di Sanggar Genjah Arum, peserta melanjutkan tripnya ke destinasi berikutnya, yakni Taman Nasional Alas Purwo. Namun sebelum berangkat, tiap peserta dibekali dengan pil anti malaria untuk mengantisipasi serangan ganas nyamuk malaria di kawasan konservasi tersebut.
Pukul 16.30 WIB, rombongan yang diangkut dengan 13 Jeep Trooper tiba di Sadengan, padang penggembalaan banteng di Alas Purwo yang juga dihuni satwa lainnya seperti merak, burung, dan rusa. Banteng di Sadengan memang lain daripada yang lain. Satwa yang dilindungi ini punya ke kekhasan tersendiri, dimana pantatnya terdapat bercak putih, kakinya seperti berselimut kaos kaki putih, dan antara jantan dan betina terdapat perbedaan warna kulit. Yang jantan berwarna hitam, sedangkan yang betina berwarna merah kecoklatan. Populasi banteng yang cukup banyak di kawasan ini membuat para peserta Fam Trip tidak perlu bersusah payah masuk hutan untuk melihat banteng tersebut. Cukup dengan menaiki menara pandang saja, mereka sudah bisa menemukannya. Bahkan di tempat itu juga berseliweran beberapa merak. Satu diantaranya malah naik ke atas kap mobil yang ditumpangi peserta. Praktis, moment langka tersebut dimanfaatkan para fotografer dan pemburu berita untuk diabadikan.
Perjalanan tak berhenti di Sadengan. Peserta diangkut ke Pantai Trianggulasi untuk menyaksikan sunset (matahari terbenam, Red).(Humas & Protokol)