Prakarsa Pemerintah & Masyarakat Kurangi Kerusakan Tanah, Antarkan Banyuwangi Jadi Juara I

Senin, 14 Januari 2013


BANYUWANGI –Beberapa waktu  lalu, tepatnya Kamis, 20 Desember 2012, Banyuwangi menyabet Juara I dan berhak mendapatkan penghargaan berupa trophy dan piagam dari Propinsi Jawa Timur, yang penyerahannya dilakukan bertepatan dengan Puncak Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) Tingkat Propinsi Jawa Timur 2012.

Penghargaan yang diserahkan di Kawasan Pantai Prigen, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek itu diberikan pada Kota Gandrung atas keberhasilannya dalam upaya mempertahankan dan menambah tutupan vegetasi yang didukung oleh aspek manajemen pemerintah daerah dan peran serta masyarakat melalui lomba menuju Propinsi Hijau tahun 2012.

 Dalam rangka mensukseskan program Indonesia Hijau yang digagas oleh Pemerintah Pusat,  Propinsi Jawa Timur memang  menyelenggarakan program  ‘Menuju Propinsi Hijau 2012’. Beberapa kabupaten/kota di Jatim terhitung sebagai  peserta, termasuk Banyuwangi.

Ditemui di kantornya, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH)  Kabupaten Banyuwangi, Husnul Chotimah mengatakan, keberhasilan Banyuwangi menjadi Juara I terletak pada prakarsa pemerintah dan masyarakat dalam rangka mengurangi kerusakan tanah. “Yang dinilai adalah Banyuwangi secara keseluruhan, tidak hanya di perkotaan saja,”tutur Husnul.  Menurut Husnul, data yang diambil adalah data pada tahun 2011, yang penilaiannya meliputi dukungan dana dari pemerintah daerah untuk program penghijauan, lokasi atau  titik – titik penanaman tanaman penghijauan, dan berapa banyak lahan kritis atau terlantar yang dihijaukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pemkab Banyuwangi dianggap cukup intens menggiatkan program penghijauan untuk masyarakatnya. Dan hal itu direspon positif oleh warga Banyuwangi dengan menggalakkan penanaman berbagai tanaman di lingkungannya masing-masing, sekaligus merawatnya dengan baik.

Meski Banyuwangi telah dinobatkan sebagai Juara I tingkat propinsi,  Husnul mengakui masih banyak yang perlu diperbaiki. Diantaranya lebih menertibkan surat-surat administrasi terkait program penghijauan. “Surat-surat administrasi tersebut menjadi bukti otentik yang akan sangat mendukung upaya penghijauan di Banyuwangi,”jelas Husnul. Contohnya, bila suatu perusahaan memberikan Corporate Social Responsibilities (CSR) –nya kepada instansi atau wilayah di Banyuwangi berupa bantuan tanaman, BLH juga harus memiliki copy dari surat tersebut sekaligus  mengetahui di titik-titik mana saja tanaman tersebut ditanam.

Husnul menjelaskan, ini adalah tahun kedua Banyuwangi ikut dalam perlombaan yang jurinya langsung dari BLH Propinsi Jatim, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Jatim tersebut. Tahun sebelumnya, dengan bidang penilaian yang sama, Banyuwangi meraih predikat runner up. “Tahun 2012 Banyuwangi berhasil meraih peringkat pertama. Jika dua tahun berikutnya, Banyuwangi secara berturut-turut tetap duduk di posisi teratas, maka Banyuwangi berhak maju ke tingkat nasional mewakili Propinsi Jatim,”jelas Husnul. Karena itu, Husnul tak mau terlena. Pihaknya mengawali dengan mengumpulkan sekolah – sekolah untuk dibimbing langsung dalam program adiwiyata. Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Ada 16 sekolah di Banyuwangi, ujar Husnul,  yang merespon program ini. Mereka bersedia memasukkan upaya pelestarian lingkungan hidup dalam kurikulumnya.

Husnul berharap, penghargaan yang diterima Bnayuwangi tersebut semakin memotivasi seluruh masyarakat Banyuwangi untuk peduli pada penanggulangan kerusakan lahan. Misalnya dengan mereboisasi lahan-lahan bekas tambang Galian C (pasir, batu). “Kalau mengandalkan APBD jelas tidak cukup. Karenanya kami mengharapkan peran serta masyarakat,”tandas Husnul. Apalagi, tambah Husnul, saat ini sudah mendunia, wisata berbasis ecotourism (pariwisata yang berwawasan lingkungan, Red), dimana masyarakat mulai sadar bahwa alam adalah tempat bersandar dalam kehidupan, dan mereka ingin kembali ke alam (back to nature). (Humas & Protokol)

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :