Prihatin Atas Peredaran Gula Sulfit, Disperindag Lakukan Sosialisasi

Rabu, 7 Maret 2012


JAJAG – Gula kelapa atau gula jawa  lazim digunakan masyarakat dalam industri pengolahan makanan. Salah satunya sebagai bahan dasar pembuatan kecap dan rujak. Namun ada hal yang tidak disadari masyarakat luas, yaitu penggunaan natrium meta bisulfit yang berbahaya bagi kesehatan.Untuk menghindarkan hal yang merugikan tersebut, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Banyuwangi mengadakan sosialisasi peningkatan kualitas produksi gula kelapa non sulfit, Selasa (6/3) bagi para penderes atau petani gula.

Kepala Disperindagtam, Ir Hary Cahyo Purnomo, Msi , ketika membuka acara mengatakan selama ini masyarakat beranggapan bahwa gula kelapa berukuran besar itu lebih hemat  dan murah. Selain itu warnanya terlihat lebih cerah dan teksturnya lebih keras serta lebih mudah dibentuk. “Padahal, makanan mengandung sulfit itu dapat memicu terjadinya serangan sesak nafas. Bahkan penggunaan dalam jumlah banyak menyebabkan mual dan perubahan rasa makanan, karena bersifat toksik dan karsinogenik,” tegasnya. Menurut Hary, bahkan karena tahu bahaya sulfit, petani gula itu sendiri malah tidak mau makan  gula kelapa buatannya. Dengan adanya pelatihan ini Hary berharap kelompok tani yang telah dibentuk, akan mempraktekkan sesuai apa yang telah dipelajari.”Alangkah indahnya jika Banyuwangi dikenal sebagai produsen gula non sulfit terbesar,”pungkasnya.

Perlu diketahui, potensi kelapa di kabupaten Banyuwangi adalah 24.481,20 hektar dimana 95,45 persen adalah perkebunan rakyat.  Dan di kabupaten Banyuwangi hampir sebagian besar wilayah kecamatan terdapat unit-unit usaha pembuatan gula kelapa yang jumlahnya kurang lebih 6806 unit usaha. Namun sebagian besar gula yang beredar di pasaran menggunakan bahan tambahan natrium meta bisulfit.

Sosialisasi yang berlokasi di Hotel Baru Indah Jajag ini melibatkan 100 orang petani gula kelapa sebagai peserta. Mereka berasal dari 5 kecamatan di Banyuwangi yang memiliki potensi gula kelapa, yakni Sempu, Gambiran, Glenmore, Tegalsari dan Kalibaru. Disperindag juga merangkul dinas lain, diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan PTPN XII Kali Sepanjang,Glenmore. Pelatihan berlangsung selama dua hari, 6-7 Maret, dengan teori dan praktek langsung di lapangan. (Humas & Protokol)

 

 

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :