Gula Merah Banyuwangi Suplai PT Indofood

Selasa, 15 Mei 2012


BANYUWANGI –Produksi Gula merah Banyuwangi ternyata tidak hanya untuk konsumsi lokal, namun juga disalurkan ke perusahaan makanan berskala nasional. Salah satunya adalah PT. Indofood, yang meminta Banyuwangi untuk mengirim 225 ton gula merah per bulan untuk digunakan sebagai aneka bahan produknya seperti kecap dan mie instan.

Dari  jumlah yang diminta oleh PT. Indofood itu, menurut Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan, Hary Cahyo Purnomo, produksi gula merah Banyuwangi baru bisa memenuhi 180 ton per bulan. Jumlah itu pun, imbuh Hary baru dipenuhi oleh para penderes yang berada di bawah naungan PTPN XII.

Selama ini, terang Hary, PTPN XII memberikan fasilitas lahan dan peralatan tungku bagi ratusan penderes kelapa untuk mengolah air nira menjadi gula merah. Selain itu PTPN XII juga menerapkan manajemen pengolahan gula merah kepada para penderes. Tujuannya agar gula merah yang dihasilkan sesuai dengan standar PT. Indofood. “ Salah satunya gula merah diolah tanpa menggunakan sulft sehingga aman dikonsumsi,” terang Hary.

Kerjasama dengan PT. Indofood tersebut lanjut Hary membawa keuntungan yang besar bagi para penderes kelapa. Sebab penderes tidak perlu repot-repot mencari pihak pembeli karena semua hasil produksinya otomatis disalurkan ke perusahaan. Selain itu harga yang diberikan relatif lebih tinggi yakni RP 10.000 per kilogramnya, sementara jika melalui pengepul hanya berkisar Rp 8.000 – Rp 9.000.  “ Pendapatan para penderes yang tadinya berkisar Rp 600 ribu per dua minggu kini bisa mencapai Rp 1.800.000,” ungkap Hary. Penghasilan tersebut dengan asumsi rata-rata penderes mampu menghasilkan 70 kg gula merah non sulfit per minggu.

Selanjutnya, untuk memenuhi sisa kuota permintaan PT. Indofood sebesar 45 ton per bulan, menurut Hary pihaknya kini tengah gencar melakukan sosialisasi pembuatan gula merah non sulfit bagi para penderes kelapa skala rumah tangga.  “ Kami menekankan untuk mengubah manajemen produksi gula merah yang selama ini dilakukan oleh rumah tangga menjadi lebih profesional, termasuk melarang penggunaan sulfit,” terang Hary. 

Sekedar diketahui, sulfit digunakan oleh para penderes kelapa sebagai pengawet pada air nira hasil penderesan sebelum diolah menjadi gula merah. Sulfit merupapakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan karena bersifat racun bagi tubuh.  (Humas Protokol)

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :