Seniman Lokal Apresiasi Banyuwangi Ethno Carnival 2
Rabu, 31 Oktober 2012
BANYUWANGI – Sejumlah seniman dan budayawan Banyuwangi memberikan apresiasi atas penyelenggaraan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2 yang mengangkat tema Re_Barong Using. Mereka bangga dengan para pelajar yang menjadi peserta BEC 2, karena mampu mengembangkan kreativitasnya dalam mengkreasikan seni Barong tanpa meninggalkan kekhasannya.
Salah satu budayawan Banyuwangi yang menyatakan kekagumannya adalah H. Sutedjo. Seniman gaek ini mengaku terharu dengan para pelajar yang mampu mengkreasikan Barong dalam busana karnaval. Setelah menyaksikan mereka berlatih koreografi dengan menggunakan kostum BEC 2 beberapa waktu lalu, menurut Sutedjo hasil kreasi mereka sangat pantas disaksikan oleh masyarakat luas. “Sebagai pertunjukkan karnaval para pelajar itu mampu berkreasi tanpa meninggalkan kekhasan Barong aslinya. Kita tidak kalah dengan karnaval negara lain.” kata H. Sutedjo.
Melalui BEC, lanjut Sutejo, Banyuwangi berkesempatan melambungkan namanya bahkan ke tingkat dunia. Dengan ini, dia menepis tudingan yang mengatakan jika seniman dan budayawan Banyuwangi memprotes BEC. “Saya mendukung seratus persen. Bukan saya sendiri yang mendukung BEC tapi teman dan budayawan lain juga. Saat ini dunia kesenian Banyuwangi sedang naik daun. Pemerintah sudah membuka kuncinya, mosok kami hanya diam saja, pasti ikut membantu dan mendukung,” tutur Sutedjo.
Lebih lanjut Sutedjo mengatakan, meski dimoderenkan dalam bentuk karnaval, kesenian Barong harus tetap dijaga ciri khasnya. Seperti warna Barong yang terdiri atas merah, hijau dan kuning. Selain itu Barong memiliki omprok, sayap, mata yang besar dan siung (gigi-red) yang menjulur tajam. “Sejauh ini yang kami saksikan saat mereka berlatih konsepnya sudah bagus. Namun sebagai seniman dan budayawan kami berkewajiban terus mengawal proses BEC 2 agar citra Barong tetap terjaga. Kami bukan protes, hanya memberikan beberapa masukan. Seperti bagaimana bentuk omprok Barong yang benar, letak mata Barong yang perlu diperbaiki, juga siungnya. Semua harus mempertimbangkan pakem, dan estetika artistik. Alhamdulillah panitia merespon secara cepat dengan melakukan perbaikan,” urai Sutedjo.
Sementara itu, musik pengiring BEC 2 juga tidak lepas dari perhatian para seniman musik Banyuwangi. Setelah melihat latihan beberapa saat lalu, para seniman ini memberikan masukan kepada tim kreatif BEC. Mereka sepakat untuk menggarap serius musik pengiring BEC agar lebih kuat menampilkan musik tradisional Banyuwangi yang rancak dan kental mars-nya. Hal itu diungkapkan oleh Samsudin Adlawi, budayawan Banyuwangi.
Musik BEC 2 merupakan kolaborasi musik etnik Banyuwangi musik modern. "Kami pilih para musisi muda yang hebat lalu kami kumpulkan menjadi satu grup yang luar biasa. Yang pasti meski dikolaborasi dengan musik modern, akan terasa sekali rasa Banyuwanginya dalam musik pengirim BEC 2,” ujar Samsudin bersama H. Sutedjo yang ditunjuk sebagai supervisor musik pengiring BEC 2..
" Penonton akan merasakan kedahsyatan musik tradisional Bumi Blambangan. Seperti apa bentuknya, silakan lihat langsung pada acara BEC tanggal 18 Nopember nanti. BEC 2 akan berbeda dengan BEC 1, bahkan dengan Jember Fashion Carnaval (JFC) sekalipun," kata Samsudin.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Periwisata Kabupaten Banyuwangi Suprayogi menjelaskan BEC 2 akan melibatkan 150 orang peraga busana Re_Barong Using yang 90 persennya terdiri atas pelajar. Mereka akan terbagi dalam tiga tema Barong yakni Barong Merah, Kuning dan Hijau. Warna-warna itu merupakan warna dominan yang terdapat pada Barong asli.
Saat berjalan di atas catwalk utama, para peraga akan diiringi musik secara live, bukan rekaman. Rekaman akan digunakan setelah performer melewati stage utama. “Untuk musik pengiring, pihak Event Organizer (Dynan Fariz-red) tidak ikut campur sama sekali. Itu murni hasil kreasi seniman Banyuwangi,” ungkapnya. (HUMAS & PROTOKOL)