Limbah Sorgum,Penuhi Ketersediaan Pakan Ternak Banyuwangi

Jumat, 14 Desember 2012


alt

BANYUWANGI – Panen raya sorgum di Afdeling Kampe PT Perkebunan Nusantara   (PTPN) XII Pasewaran, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, 10 November lalu, rupanya adalah awal yang baik pula bagi masa depan dunia peternakan di Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta pada Dinas Peternakan (Disnak) Banyuwangi  dan PTPN  XII untuk mengelola limbah sorgum  tersebut guna mencukupi ketersediaan pakan ternak di Banyuwangi. Kepala Disnak, Heru Santoso mengungkapkan hal itu ketika ditemui di kantornya kemarin.

“Bupati ingin agar limbah sorgum dijadikan sebagai pakan alternatif bagi ternak sapi, dan meminta PTPN XII sebagai pengelolanya,”jelas Heru. PTPN XII, ujar Heru, yang nantinya akan mengemas limbah sorgum menjadi silase. Silase merupakan hasil sampingan pertanian atau bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang lebih 3 minggu. Sehingga kemudian terjadi fermentasi pada bahan silase tersebut. Limbah sorgum yang akan dijadikan silase, menurut Heru, adalah tanaman sorgum itu sendiri. Jadi, setelah panen, tanamannya diperas hingga kadar airnya tinggal 65-75 persen. Setelah itu baru dichopper (dipotong-potong) dan diawetkan.

alt

 Heru mengaku, pihaknya sudah menghitung berapa banyak limbah sorgum yang dihasilkan. Jika per hektar mampu menghasilkan 7 ton sorgum, maka  apabila luasannya 3000 hektar akan menghasilkan 21 ribu ton sorgum. Dan bila dalam 1 tahun ada 4 kali tanam, berarti diperoleh hasil setara untuk  8000 ekor sapi. “Kami sudah mengujicobakan limbah sorgum ini pada ternak sapi di Kecamatan Licin milik Pak Syafi’uddin. Ternyata konsumsinya bagus dan kualitas susunya tidak ada perubahan,”terang Heru.

Namun, tambah Heru, saat ini peternak masih terkendala harga. PTPN XII  berencana mematok harga Rp. 1.000 per kilogram. Sementara peternak menginginkan harga bisa turun , malah kalau bisa gratis. “Dulu saja ketika ada penjualan limbah jagung Rp. 250 per kilogram, peternak merasa keberatan lantaran modalnya tidak mencukupi. Apalagi kalau harganya Rp.1.000,” beber Heru yang masih akan membicarakan lebih lanjut dengan PTPN XII. Meski demikian, pihaknya menyambut gembira dengan adanya pakan alternatif yang bisa digunakan ini. Bahkan pada saat ground breaking Pabrik Gula Glenmore kemarin, direncanakan pucuk tebu yang merupakan limbah tebu tersebut juga akan dijadikan pakan alternatif. “Mengapa pucuk tebu? Sebab, pucuk tebu tersebut banyak gizinya untuk ternak,”tandas Heru.(Humas & Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :