Bank Indonesia Sosialisasikan Bantuan Kredit Lunak Bagi Para Peternak

Kamis, 17 Januari 2019


BANYUWANGI -  Bank Indonesia (BI) turun ke masyarakat untuk mensosialisasikan bantuan kredit lunak bagi para peternak.  BI menunjuk 2 bank, yakni Bank BNI 46 dan Bank Tabungan Negara (BTN) untuk memberikan kredit tersebut. Sementara untuk mitranya yang turun langsung mengedukasi peternak, ditunjuklah  CV Bolosemeru Farm.

CV Bolosemeru Farm yang berkecimpung sebagai konsultan  peternakan memberikan sosialisasi  bagi para peternak  di Balai Desa Banyuanyar, Kecamatan Kalibaru, Rabu (16/1). Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko turut hadir dalam acara tersebut.

Direktur CV Bolosemeru Farm, Syaiful Huda menyebutkan, keinginan menyasar Banyuwangi dilakukan karena  populasi ternak di Banyuwangi cukup besar. “Tugas kami membantu meningkatkan produksi kebutuhan protein hewani nasional di daerah-daerah yang jadi lumbung peternakan. Banyuwangi ini termasuk berpotensi selain Lumajang dan Bondowoso.  Makanya tak salah kalau kami memilih Banyuwangi,” kata Syaiful.

Syaiful menjelaskan, kredit yang diberikan merupakan pinjaman tanpa agunan. Hanya saja, dalam pengajuannya, tak bisa orang per orangan yang mengajukan dengan mendatangi BNI atau BTN. Melainkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.

“Kami bekerjasama dengan bumdes, setiap transaksi dilakukan lewat bumdes. Warga tidak bisa langsung mengajukan perorangan ke BNI atau BTN, tapi semua dilakukan lewat bumdes, karena bumdes yang tahu bagaimana kondisi setiap peternak. Setiap ternak juga diasuransikan, untuk mengantisipasi ada kejadian yg tdk diiinginkan,” kata Syaiful.

Jumlah pinjaman untuk sapi yang ditangani langsung oleh BNI, terang Syaiful, plafondnya maksimal Rp 25 juta/ orang dalam bentuk pinjaman KUR ternak. Sementara untuk domba, ada di bawah BTN, dengan plafond Rp 30 juta, bentuknya Program Kredit Bina Lingkungan (PKBL). Kalau sapi bunganya 7 persen per tahun dan tidak ada cicilan per bulan, sedangkan domba bunganya 3 persen per tahun. Seluruh bunga dibayarkan di akhir.

 “Kenapa kami kawal program ini, karen tidak memberatkan peternak. Kalau diminta  pokok plus bunga diambil per bulan, di bulan sepuluh ke atas habis, tidak bisa usaha lagi. Tapi kalau ini kan bisa berkelanjutan,” jelasnya.

Program yang ditawarkan BI ini bentuknya adalah penggemukan ternak dengan cepat (fast fattening). Semakin gemuk ternak, harganya semakin mahal. Tentunya gemuk yang dimaksud adalah gemuk yang sehat, dengan pemberian pakan yang  berkualitas.

Program fast fattening, kata Syaiful,  mengajari peternak tidak merumput (ngarit), tapi diganti dengan complete feed.  Complete feed itu mengandung 16 macam bahan pakan yang diracik timnya. Ada 3 bahan yang tidak ada di Indonesia tapi didapat dengan cara impor, makanya kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan sapi terpenuhi dari complete feed.

“Kalau masyarakat mau improvisasi hijauan boleh. Sekarang metodenya kami balik, kalau dulu masyarakat menggunakan konsentrat sebagai makanan tambahan, sekarang hijauannyalah yang kami jadikan makanan tambahan/feed additive,” ujar Syaiful lagi.

“Kami sebagai pendamping program (off taker) program dari perbankan  ini ingin mengajarkan alih teknologi budidaya. Saya ingin ajarkan cara budidaya yang intensif, kalau selama ini masyarakat cuma menjadikannya usaha sampingan, kami ingin ini berubah jadi  penghasilan utama,” bebernya.

Masa penggemukan sapi, imbuh Syaiful, berlangsung selama 100 hari, sementara domba 2 bulan. Sapi yang digunakan adalah sapi lokal jenis crossing limousin dan crossing simental, sedangkan dombanya jenis gibas. Syaiful menargetkan, dalam 1 tahun, sapi bisa 3 kali pelihara, sedangkan domba 5 kali pelihara. “Makanya saya bilang ini bisa jadi penghasilan utama, sama kayak punya sawah. JIka mereka kuasai teknologi budidaya intensif, apabila mereka punya 5 sapi, sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Berarti penghasilannya 5 juta per bulan, karena konversi kami minimal peternak punya penghasilan Rp 1 juta satu/ bulan/ ekor sapi,” tuturnya.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko menyambut baik program ini. “Sosialisasi ini bagus, sehingga masyarakat tahu apa yang harus mereka persiapkan. Karena ini kuncinya ada di peternak dan konsultan. Jika ada niatan baik ekonominya ke depan akan meningkat, maka ini akan berjalan berkesinambungan. Apalagi ini sifatnya pinjaman lunak, bunga 7 persen, dan setahun bisa panen tiga kali. Ini tentunya sangat menguntungkan. Kami akan support betul. Harapannya, Desa Banyuanyar jadi desa percontohan pertama di Banyuwangi terkait program ini,” kata Yusuf.

Ditambahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, Arief Setiawan, permintaan sapi dan domba di pasaran sangat tinggi. Untuk sapi memang masih dikonsentrasikan untuk memenuhi pasar lokal. Sementara domba untuk memenuhi permintaan ekspor.

“Di tingkat kabupaten, populasi ternak kita 116 ribu ekor. Jumlah ini semakin meningkat jika ditambah dengan hasil program pusat UPSUS SIWAB ( Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting), yaitu kita memproduksi pedhet (anak sapi),” jelas Arief.

Dalam setahun, ujar Arief, Banyuwangi dianggarkan pusat straw atau sperma beku yang harus disuntikkan dengan inseminasi buatan pada sapi. Target 2017, dari 43 ribu terealisasi 48 ribu. Tapi yang jadi pedhet (angka kelahiran 2017 sebanyak 60-70 persen). Di 2018, target Banyuwangi meningkat 63 ribu, terealisasi 73 ribu.

Di Kalibaru sendiri, populasi sapi potong  sebanyak 2695 ekor, sapi perah 124 ekor, kambing 1573, dan domba 12.865 ekor.

Sebagian sapi Banyuwangi dibeli sebagai benih di luar Kabupaten Banyuwangi karena kualitasnya yang bagus. Sementara domba ramai dipasarkan di Malaysia.

Salah satu peternak Kalibaru yang mengikuti sosialisasi itu, Muchlisin (59) mengaku terkesan dengan program tersebut. “Saya tertarik dan mau coba,” tukasnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :