Banyuwangi Ijen Green Run 2017 Sajikan Rute Menantang yang Indah
Selasa, 18 Juli 2017
BANYUWANGI – Ajang wisata berpadu olahraga lari alam bebas (trail run), Banyuwangi Ijen Green Run, kembali digelar pada Minggu, 23 Juli 2017. Event sport tourism yang telah digelar untuk kali kedua ini bakal lebih seru dan menantang. Para pesertanya akan diajak menelusuri dataran dan lereng Gunung Ijen yang terkenal keindahannya. Spot cantik di sepanjang rute Banyuwangi Ijen Green Run 2017 siap menyambut para pelari, mulai dari rimbun perkebunan kopi, cengkeh, dan pinus, hutan, sungai, persawahan, hingga suasana khas perdesaan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, di tahun penyelenggaraan yang kedua ini, pihaknya menyiapkan rute yang lebih menantang. "Para peserta akan ditantang dengan rute tanjakan serta melintasi berbagai bentang alam kawasan Gunung Ijen Banyuwangi," ujar Anas.Para pelari akan melintasi lereng, tanjakan curam, belantara perkebunan, hutan mahoni, lansekap sawah nan hijau, dan menyeberangi sungai dengan latar Pegunungan Ijen yang menjulang gagah.
”Bisa dibayangkan asyiknya. Pagi hari kita berlari menaklukkan lereng Ijen sambil menembus kabut. Belum lagi mata disejukkan dengan pemandangan terasering sawah yang membentang kehijauan,” ujar bupati berusia 43 tahun ini.
Banyuwangi Ijen Green Run tahun ini melombakan tiga kelas; 5 Kilometer, 15 Kilometer, 27 Kilometer. Start Ijen Green Run yang bertempat di rest area Jambu, Desa Tamansari, kecamatan Licin, Banyuwangi ini akan dimulai pagi hari pukul 06.00. Pelari pun selain disuguhi pemandangan yang indah, mereka juga akan merasakan hawa segar udara pegunungan. Lalu bagaimanakah rute yang akan dilewati para pelari?
5 Kilometer
Kelas pendek 5 kilometer, peserta lari akan melewati perkampungan di Desa Tamansari, sebuah desa wisata yang ada di lereng Ijen. Pelari akan menyusuri jalan setapak sekitar resor cantik Jiwa Jawa Resort, lalu menyeberangi sungai menuju Kampung Kalongan. Tak hanya itu, pelari akan disuguhi pemandangan perkebunan rakyat yang asri dan berudara segar.
15 Kilometer
Selain lebih panjang, di kelas ini pelari akan menjajal rute lebih menantang dibandingkan kelas 5 kilometer. Selain kondisi track-nya yang berbatu dan dan bertanah liat, pelari juga sudah mulai melintasi rute tanjakan. Mulai 2 kilometer pertama, rute menanjak akan terus dilalui pelari hingga kilometer ke-enam. Tanjakannya bahkan mencapai sudut elevasi 95,6'.
Saat menempuh rute perjuangan ini, pelari akan melintasi Kebun Dadap, Hutan Pinus, Hutan Mahoni, Perkebunan Kopi Sriwulung dan Perkebunan Lijen. Pelari juga harus melintasi jalan setapak, jalan berbatu dan tanjakan tajam. Tak hanya itu, pelari akan menyusuri sungai yang berbatu.
Suasana sejuk dan pemandangan pohon-pohon pinus dan Mahoni berukuran besar menjadi daya tarik tersendiri. Tak ketinggalan, pelari juga akan menikmati sejuk dan bersihnya air sungai di kaki gunung Ijen.
27 kilometer
Dalam kelas tertinggi ini, pelari akan melalui lintasan tak yang tak mudah. Selain rute tanjakan yang berbatu dan bertanah liat, para pelari juga akan banyak melalui single track.
Single track ini akan dilewati saat pelari menyusuri lintasan perkebunan, seperti di Hutan Pinus, Perkebunan Cengkeh Bumisari dan perkampungan terakhir Si Macan. Perkampungan ini adalah perkampungan terakhir yang berbatasan langsung dengan hutan.
Trek tanjakan dan turunan tajam di kawasan Kluncing menjadi tantangan yang harus ditaklukkan. Tanjakan dan turunan dengan kemiringan 20 derajat sepanjang 8 kilometer dengan kondisi tanah berbatu dan lempung akan menguji stamina dan energi pelari. Saat melintasi hutan pinus, bahkan pelari akan melintasi rute pinggir jurang. Dibutuhkan kemampuan dan sepatu khusus untuk mereka yang akan ikut di rute ini.
"Meski menantang, pemandangan indah selama melintasi rute ini akan menjadi suguhan tersendiri. Selain mata dimanjakan hijaunya prsawahan dan vegetasi hutan, saat melintasi kawasan hutan dan perkebunan jika beruntung pelari bisa bertemu langsung kijang, kucing hutan, ayam hutan, serta elang jawa," imbuh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Wawan Yadmadi. (*)