Banyuwangi Lakukan Langkah Antisipasi Banjir dan Longsor

Selasa, 6 Februari 2018


BANYUWANGI – Mengantisipasi bencana akibat musim hujan pada Februari ini, Pemkab Banyuwangi melakukan berbagai langkah antispasi, terutama di daerah rawan bencana.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan telah memerintahkan jajarannya untuk menyusun langkah antisipasi bencana di musim hujan ini. Mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan, Dinas PU Cipta Karya, dan aparat kecamatan.

"BPBD sudah saya minta siaga. Dinas Pengairan, rutin mengecek dam dan aliran sungai saat hujan. Bahkan petugas pintu air siap siaga setiap waktu memonitor debit kalau hujan turun. Kecamatan juga harus mengingatkan warganya yang tinggal di daerah rawan bencana. Kita tidak pernah tahu bencana akan datang, tapi setidaknya kita sudah harus mengantispasi untuk meminimalisir dampaknya," jelas Anas.

Kepala BPBD Banyuwangi, Fajar Suasana, mengatakan terus melakukan pemantauan dengan melakukan koordinasi dengan aparat yang lain. "Kita terus kontak dengan pihak BMKG, Dinas Pengairan, dan kecamatan yang rawan bencana, termasuk para relawan. Peralatan dan pengawasan terus kami intensifkan," jelasnya.

Kepada warga, Fajar mengimbau waspada akan bencana susulan. Terutama daerah yang telah didentisifiaksi sebagai daerah rawan bencana, mulai banjir, tanah longsor dan angin puting beliung.  "Di lokasi ini, warga perlu meningkatkan kewaspadaannya yang tinggi," kata dia.   

Dari identifikasi BPBD terdapat ada beberapa kawasan yang dipetakan berpotensi rawan bencana. Yakni, potensi rawan banjir di 11 kecamatan, antara lain di Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Muncar, Pesanggaran, Siliragung, Rogojampi, dan lainnya. Untuk tanah longsor, ada di 9 kecamatan, seperti Songgon, Licin, Glagah, Kalibaru, Bangorejo, Siliragung, dan Pesanggaran.

"Daerah yang rawan terkena bencana puting beliung adalah kawasan flat mulai Glenmore hingga Kabat. Untuk itu, warga seyogyanya mengantispasi. Misalnya, warga yang rumahnya ada pohon besar, sebaiknya dipotong. Aliran sungai juga harus dibersihkan dari sampah," paparnya.

Sementara tu, Kepala Kepala Stasiun Meterologi Kelas III Banyuwangi, Supriyono menambahkan, pada Januari- Februari 2018, wilayah Kabupaten Banyuwangi sedang memasuki puncak musim penghujan. “Potensi  hujan di bulan Februari cukup ekstrem, karena bulan ini diperkirakan sebagai puncak turun hujan,” ujarnya.

Puncak musim hujan ini, kata Supriono, biasanya  yang disertai hujan lebat yang dibarengi kilat petir dan angin kencang. Rata-rata intensitas curah hujanya di musim penghujan berkisar 400 – 500 milimeter (mm) untuk daerah yang datarannya tinggi. Seperti Kalibaru, Glenmore, Songgon, Licin, dan Pesanggaran. 

Sedangkan untuk daerah dengan dataran rendah seperti Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Rogojampi, dan Muncar intensitas curah hujannya berkisar antara 200- 300 mm.

“Dengan curah hujan itu, sangat berpotensi bencana seperti banjir, tanah longsor maupun rumah roboh. Karena itu kami himbau warga benar-benar antisipasi, jika rumahnya berdekatan dengan pohon yang besar sebaliknya menghindar atau daerah di sepadan sungai,” katanya.

Selama hujan, lanjutnya suhu udara di Banyuwangi menunjukkan angka normal pada kisaran 24 – 30 derajat celsius dengan kelembaban udara antara 70 – 90 persen. “Musim penghujan ini akan berakhir pada bulan Maret. Selanjutnya, nanti akan memasuki musim pancaroba, dimana intensitas curah hujan hilang, namun akan berganti angin,” tambah Supriyono. (*) 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :