Banyuwangi Race Photo Competition Diacungi Jempol Fotografer Mario Blanco

Minggu, 11 Maret 2018


BANYUWANGI – Fotografer human interest, Mario Blanco memberikan acungan jempolnya kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi atas digelarnya berbagai event yang mempromosikan pariwisata Banyuwangi. Termasuk Banyuwangi Race Photo Competition (BRPC). Hal itu disampaikan Mario saat ramah tamah bersama Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Sabtu (10/3) malam di Pendapa Kabupaten Banyuwangi.

“Saya sangat  bangga dengan Bupati Banyuwangi yang tak henti berinovasi, mencari benchmark ke berbagai daerah termasuk Bali. Tujuannya satu, untuk mendapat masukan dari banyak pihak, untuk mengemas Banyuwangi supaya bisa menjadi suatu destinasi wisata di Indonesia,” kata putra pelukis Italia, Antonio Blanco ini.

Berkat kerja keras bupati bersama jajaran dan masyarakatnya, lanjut Mario, Banyuwangi yang dulunya hanya sekedar tempat transit, kini telah berubah menjadi jujugan wisata yang luar biasa. Gagasan menggelar lomba foto semacam ini merupakan langkah jitu untuk menyebarluaskan keindahan alam dan budaya Banyuwangi.

“Begitu banyaknya tempat wisata di Banyuwangi, dengan adanya lomba foto semacam ini, pecinta fotografi mendapat kesempatan untuk mengeksplore dan mengeskspresikan dirinya. Para fotografer itu punya karya-karya yang berkualitas, tapi terkadang mereka tidak tahu mau diapakan karyanya alias hanya disimpan. Semoga besok teman-teman bisa menghasilkan karya yang luar biasa yang akan bermanfaat bagi pariwisata Banyuwangi,” cetus  Mario yang mengaku terkagum-kagum dengan keindahan Banyuwangi dan beragam tempat wisatanya yang terawat dengan baik.

Mario menjadi salah satu juri dalam ajang BRPC sekaligus nara sumber workshop.

Hal senada disampaikan Dosen Perencanaan Kota dan Wilayah di Universitas Tri Sakti dan Institut Pertanian Bogor (IPB), Yayat Supriyatna. Yayat yang berada di Banyuwangi juga dalam rangka lomba fotografi yang diadakan institusi lain melihat foto ibarat kekuatan seribu narasi. Orang-orang di masa lalu hanya menyimpan foto hasil karyanya. Sementara di masa sekarang mereka berlomba-lomba untuk mempostingnya.

“Dari foto diharapkan ada pesan yang tersampaikan pada masyarakat. Apalagi anak-anak muda ini kreatif. Seperti kata pepatah, Innovation or Die (Inovasi atau Mati). Kekuatan itu berasal dari inovasi. Jadi memang kita tak boleh berhenti berinovasi,” tutur Yayat.

Seringkali, imbuh Yayat, inovasi atau keberhasilanitu muncul dari daerah. Ada banyak sekali ide-ide yang dari daerah. Yayat menyebutnya sebagai keberhasilan yang muncul dari daerah untuk memperbaiki segala sesuatu yang ada di Jakarta sebagai ibu kota negara. “Nah, kita tahu hasil foto itu memberi makna bagi kita, khususnya anak-anak muda yang memberikan unsur kreatif. Berinovasilah. Berilah kekuatan, berilah inspirasi bagi masyarakat. Karena kekuatan itu bisa muncul dari selembar gambar,” tandasnya memotivasi.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengaku senang bisa memberikan ruang bagi anak muda untuk berekspresi. “Ini soal bagaimana kita memberi space bagi anak-anak kita untuk mengekspresikan diri. Jaman sekarang adalah mana yang cepat dan kreatif. Kalau hanya dengan cara biasa, kita tidak akan bisa seperti sekarang,” ujar Anas.

Termasuk, lanjutnya, diselenggarakannya Banyuwangi Festival yang tahun ini sebanyak 77 festival. “Semuanya dalam rangka menyediakan wadah berekspresi bagi anak-anak muda. Festival bagi kami adalah bagian dari konsolidasi. Selain itu kuncinya ke depan adalah kolaborasi karena persaingan semakin kuat. Kita tak bisa berjalan sendiri tanpa berkolaborasi dengan pihak lain,” kata  Anas.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar event BRPC ini sebagai bentuk promosi bagi daerah. Dengan mengeksplore pesona alam dan budaya Banyuwangi lewat karya dokumentasi, diharapkan potensi pariwisata Banyuwangi akan lebih dikenal. Sehingga target wisatawan di Banyuwangi terus meningkat.

Kegiatan ini digelar selama dua hari, mulai 10 – 11 Maret 2018 dengan peserta dari kalangan pelajar dan umum. Diawali dengan workshop di hari pertama dan hunting foto di hari kedua, kegiatan ini diikuti oleh 204 fotografer dari 25 kabupaten/kota se-Indonesia. Antara lain Jayapura, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera, Jakarta, Bali, Jawa Barat dan hampir semua kota di Jawa Timur. Termasuk peserta dari Tarakan yang prnah menjadi juara lomba foto di Asia.

Hunting foto tentang Banyuwangi menjadi suatu hal yang paling ditunggu dari event ini. Para peserta akan berburu obyek foto di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Uniknya, para peserta baru akan mengetahui foto apa yang harus mereka ambil, pada saat hari pelaksanaan. Begitu diberitahu, saat itu juga mereka langsung hunting foto di Desa Kemiren tersebut.

Lomba foto berkonsep race competition ini seringkali digelar di kota-kota besar. Karena itu penyelenggaraannya menjadi sesuatu yang sangat ditunggu. Namun jika di kota besar dikonsep dengan gaya ala perkotaan, maka Banyuwangi justru memilih desa sebagai tempat dieksplorenya kekayaan alam dan budayanya.” Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang memang suka suasana pedesaan,” pungkas  Ketua Panitia BRPC, Budi Chandra. (*)

 

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :