Bersama Petani, Bupati Ipuk Tumpengan Peringati Hari Lahir Pancasila

Kamis, 3 Juni 2021


BANYUWANGI - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengisi rangkaian Hari Lahir Pancasila 1 Juni dengan beragam cara. Salah satunya adalah tumpengan bersama para petani di sela-sela agenda Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), di Singolatren, Kecamatan Singojuruh, Rabu (2/6/2021).

"Tanggal 1 Juni adalah Hari Lahir Pancasila, yang dirumuskan oleh presiden pertama kita, Bung Karno. Bulan Juni semakin spesial karena Bung Karno lahir pada 6 Juni, dan pada 21 Juni beliau wafat meninggalkan duka bagi kita semua,” ujar Ipuk.

Untuk itu, lanjut Ipuk, perlu kiranya seluruh elemen masyarakat mengenang sekaligus meneladani sosok presiden pertama Republik Indonesia tersebut. "Kita harus bisa meneladani serta mengambil apa yang menjadi cita-cita Bung Karno. Di antara cita-citanya beliau adalah bagaimana memajukan desa dan pertanian," imbuhnya.

Dengan spirit itulah, Ipuk membuat berbagai inovasi di bidang pertanian dan pembangunan masyarakat desa. "Kami terus mewujudkan dukungan-dukungan terhadap petani. Di antaranya dengan memberikan pupuk organik, bantuan bibit, dan beragam program lain yang bisa diakses oleh para petani," paparnya.

“Termasuk yang terbaru kami akan meluncurkan program Jagoan Tani untuk menjaring anak-anak muda masuk ke dunia pertanian,” ujarnya.

Selain tumpengan dengan para petani, Ipuk juga membuka seminar wawasan kebangsaan yang diikuti oleh para guru PPKN se Banyuwangi yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Singolatren. Ipuk berpesan agar para guru terus memberikan pengetahuan dan wawasan mendasar tentang ke-indonesiaan.

"Jangan sampai anak-anak kita tidak tahu siapa sosok-sosok pahlawan Indonesia. Jika sampai masa kecil tak ditanamkan rasa nasionalisme dan keteladan para pejuang, akan sulit untuk membangun karakter kebangsaan generasi masa depan," pesannya.

Pada seminar wawasan kebangsaan itu juga diisi oleh paparan Rektor Untag Banyuwangi Andang Subaharianto. Ia memaparkan pentingnya para guru untuk mengajarkan tentang nasionalisme dan kebangsaan dengan menyesuaikan tantangan yang ada. Salah satu tantangannya adalah meningkatnya akses terhadap informasi digital.

"Jika kita hanya mengandalkan soal materi, maka materi dan wawasan kita akan sangat mudah disalip oleh para peserta didik kita. Mereka lebih mudah mengakses informasi dibanding kita yang gagap teknologi," ujar Andang.

"Untuk itu, kita tidak sekadar mengandalkan soal materi dan wawasan kita. Tapi, kita juga perlu melengkapinya dengan keteladanan. Itu yang masih belum tergantikan oleh teknologi," pungkasnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :